Jumat, 17 Juli 2009

Benarkah Hadits “Thalabul Ilmi” Palsu?

* Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Menurut saya, ungkapan “Tholabul ‘ilmi faridlotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin‘ ini bukan hadits, tapi maqolah (perkataan) ulama. Bagaimana tanggapan Anda? Terimakasih.

* Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

* Ali Fahmi

* Jawaban:

* Wa’alaikumussalam Wr. Wb.

Memang ada sebagian orang yang berpendapat bahwa ungkapan tersebut bukan termasuk hadits, tetapi hanya perkataan ulama. Dalam menanggapi pendapat tersebut, karena keilmuan saya di bidang ilmu hadits belum mumpuni, maka saya hanya akan mengutip pendapat pakar ilmu hadits Indonesia, Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub dalam bukunya yang berjudul “Hadits-hadis Bermasalah”.

Dalam bukunya itu, beliau menyebutkan bahwa ada dua redaksi yang berkaitan dengan hadits tersebut. Redaksi pertama:

اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Carilah ilmu meskipun di negeri China, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”

Meskipun sangat populer dan disinyalir sebagai hadits, ternyata ungkapan tersebut bukan hadits. Menurut Ibn Hibban, hadits ini bathil la ashla lahu (batil, palsu dan tidak ada dasarnya). Pernyataan Ibn Hibban ini diulang kembali oleh al-Sakhawi dalam kitabnya al-Maqaashid al-Hasanah. Sumber kepalsuan hadits ini adalah periwayat yang bernama Abu ‘Atikah Tarif bin Sulaiman. Menurut para ulama hadits seperti al-‘Uqaili, al-Bukhari, al-Nasa`i dan Abu Hatim, Abu ‘Atikah Tarif bin Sulaiman ini tidak memiliki kredibilitas sebagai periwayat hadits. Bahkan menurut al-Sulaimani, Abu ‘Atikah dikenal sebagai pemalsu hadits. Imam Ahmad bin Hanbal juga menentang keras hadits tersebut. Artinya, beliau tidak mengakui bahwa ungkapan “Carilah ilmu meskipun di negeri China” itu sebagai hadits Nabi.

Kesimpulannya, hadits dengan redaksi seperti itu adalah palsu. Bisa jadi, ungkapan itu awalnya hanya semacam kata-kata mutiara, karena konon negeri China pada masa lalu sudah dikenal memiliki budaya yang tinggi. Tetapi lambat laun, ungkapan itu disebut-sebut sebagai hadits.

Redaksi kedua:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”

Pada riwayat lain, ditambah dengan lafazh “wa muslimatin” (dan perempuan muslimah).

Menurut Mustafa Ali Yaqub, hadits ini merupakan hadits shahih yang antara lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iimaan, Imam Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Shaghiir dan al-Mu’jam al-Ausath, al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab Taariikh Baghdaad, dan lain-lain.

Dari penjelasan di atas, maka jelaslah bahwa ungkapan “Tholabul ‘ilmi faridlotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin” merupakan hadits shahih bila tidak dikaitkan dengan ungkapan “Ithlubul ‘ilma walau bish-Shiin” (Carilah ilmu meskipun di negeri China). Wallaahu A’lam…..

Referensi: Buku “Hadis-hadis Bermasalah” karya Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA.

1 komentar:

  1. طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
    yg ini hadis shohih tp tdk ada penambahan wal muslimatin,klo ada penambahan artinya bukan qola rosulullah lagi.
    klo dalam bahasa arab muslimin itu sudah mencakup laki2 dan perempuan.jadi kalo ada penambahan wal muslimatin artinya orang tsb ga ngerti bahasa arab.coba tanya sama org arab atau yg faham sama sastra arab

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar Anda