Rasulullah saw. bersabda:
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Sebaik-baik wanita (isteri) adalah yang menyenangkan suaminya jika sang suami memandangnya, menaatinya jika sang suami memberikan perintah, dan tidak menyalahi kebaikan suaminya baik dalam urusan dirinya maupun hartanya, yang dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai suaminya.” (HR. Nasa`i dan Ahmad)
Hadits di atas menjelaskan bahwa wanita muslimah yang terbaik adalah wanita yang mampu memikat hati suaminya, baik dengan cara menjaga diri dan rumah tangganya ataupun dengan menaati perintah-perintahnya. Ia adalah wanita yang selalu memperbarui hidupnya agar hati suami terus bergantung kepadanya. Ia adalah wanita yang mampu menjadi seorang ratu kecantikan yang memakai mahkota di kepalanya saat berada di hadapan sang suami.
Hal itu dapat diwujudkan dengan cara menghiasi dan mempercantik dirinya, selalu mengganti baju yang dipakainya atau merubah tata letak perabotan rumah tangganya, agar ketika sang suami pulang, dia akan mendapati hal-hal baru di dalam rumahnya. Akan lebih baik bila pada suatu hari seorang isteri memberikan kepada suaminya setangkai bunga yang indah, lalu di hari selanjutnya ia memberikan kepada suaminya sebuah baju baru, kemudian di hari ketiga ia memasakkan makanan kegemaran suami, lalu di hari keempat ia menyambut kedatangan suaminya dengan sambutan yang lain dari biasanya atau dengan memberikan kejutan-kejutan yang lain. Dengan cara seperti itu, maka setiap hari sang suami akan merasakan adanya hal-hal baru dalam hidupnya. Pada akhirnya, sang suami pun akan semakin mencintai isterinya dan tidak berpaling kepada wanita-wanita jalanan. Hal itu disebabkan karena ia merasa bahwa di rumahnya masih ada sosok wanita yang lebih bersih, suci, bertakwa, cantik, lembut dan baik hati daripada wanita-wanita lain.
Sayangnya pada masa sekarang ini, banyak wanita yang tidak memperhatikan hal tersebut. Buktinya, banyak wanita yang lebih senang berdandan saat akan keluar rumah, baik untuk berbelanja ataupun untuk keperluan-keperluan lainnya. Bahkan tidak jarang yang berdandan secara berlebihan hingga terkesan menor atau seksi. Sementara saat berada di rumah atau saat berada di hadapan sang suami, mereka tidak mau berdandan. Alhasil, yang menikmati kecantikan wajahnya, keindahan dirinya dan bau wangi parfumnya justru orang lain, bukan suaminya sendiri. Suaminya hanya kebagian bau bawang atau bau jengkol yang dimakannya….Wallaahu A’lam….
Tampilkan postingan dengan label hadits. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hadits. Tampilkan semua postingan
Jumat, 16 Oktober 2009
Kamis, 07 Mei 2009
3 Hal Yang Mengantar Mayyit
Rasulullah saw. Bersabda:
"Ada tiga hal yang akan mengikuti (mengantar) orang yang meninggal dunia; yang dua akan kembali lagi sementara yang tetap menemaninya hanya satu. Tiga hal yang mengantar orang yang meninggal itu adalah keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Keluarga dan harta akan kembali lagi (ke tempat masing-masing), sementara amal perbuatannya akan tetap bersamanya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa`i dan Ahmad)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang dapat membantu kita di alam barzakh (alam setelah kematian) nanti, kecuali hanya amal perbuatan kita di dunia. Harta -sebanyak apapun harta itu- dan keluarga –secinta apapun mereka kepada kita- tidak akan menemani dan tidak dapat membantu kita di alam kubur. Karena itu, maka marilah kita memperbanyak amal shaleh kita, baik amal yang berkaitan dengan aspek vertikal (ibadah) ataupun aspek sosial (membantu orang yang membutuhkan, memperhatikan kepentingan umat Islam dan lain-lain). Sebab, kematian pasti akan datang menjemput kita, dan kita tidak tahu kapan kematian itu akan datang. Ia tidak hanya datang kepada orang-orang yang sedang sakit saja, melainkan juga datang kepada orang-orang yang sehat wal ‘afiat. Ia tidak hanya datang kepada orang-orang yang miskin saja, melainkan juga datang kepada orang-orang yang kaya. Ia tidak hanya datang kepada orang-orang yang usianya sudah berkepala 6 atau 7 saja, melainkan juga datang kepada orang-orang yang masih muda, bahkan anak-anak. Marilah kita tanamkan dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan berikut ini: “Apakah besok kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup?? Apakah kita sudah siap untuk menghadapi kematian? Bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Dzat Yang Maha Mengetahui (apa yang telah kita lakukan di dunia)?”
"Ada tiga hal yang akan mengikuti (mengantar) orang yang meninggal dunia; yang dua akan kembali lagi sementara yang tetap menemaninya hanya satu. Tiga hal yang mengantar orang yang meninggal itu adalah keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Keluarga dan harta akan kembali lagi (ke tempat masing-masing), sementara amal perbuatannya akan tetap bersamanya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa`i dan Ahmad)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang dapat membantu kita di alam barzakh (alam setelah kematian) nanti, kecuali hanya amal perbuatan kita di dunia. Harta -sebanyak apapun harta itu- dan keluarga –secinta apapun mereka kepada kita- tidak akan menemani dan tidak dapat membantu kita di alam kubur. Karena itu, maka marilah kita memperbanyak amal shaleh kita, baik amal yang berkaitan dengan aspek vertikal (ibadah) ataupun aspek sosial (membantu orang yang membutuhkan, memperhatikan kepentingan umat Islam dan lain-lain). Sebab, kematian pasti akan datang menjemput kita, dan kita tidak tahu kapan kematian itu akan datang. Ia tidak hanya datang kepada orang-orang yang sedang sakit saja, melainkan juga datang kepada orang-orang yang sehat wal ‘afiat. Ia tidak hanya datang kepada orang-orang yang miskin saja, melainkan juga datang kepada orang-orang yang kaya. Ia tidak hanya datang kepada orang-orang yang usianya sudah berkepala 6 atau 7 saja, melainkan juga datang kepada orang-orang yang masih muda, bahkan anak-anak. Marilah kita tanamkan dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan berikut ini: “Apakah besok kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup?? Apakah kita sudah siap untuk menghadapi kematian? Bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap Dzat Yang Maha Mengetahui (apa yang telah kita lakukan di dunia)?”
Langganan:
Postingan (Atom)