Selasa, 31 Maret 2009

Sehat Jasmani Dan Rohani

Sehat jasmani dan sehat rohani adalah harapan semua orang. Hanya saja, tidak sedikit orang yang jasmaninya sehat tetapi rohaninya tidak. Ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor politik dan lain sebagainya. Berdasarkan satu penelitian, hampir 25% persen penduduk Jakarta mengalami gangguan kejiwaan, baik berupa stres ringan, stres berat, depresi, bahkan ada yang sampai tahap gila. Hal itu sangatlah wajar, mengingat kondisi kota Jakarta sekarang ini dipenuhi dengan berbagai macam masalah. Salah satu masalah yang setiap hari kita lihat dan sering membuat kita stres adalah kemacetan lalu lintas yang terjadi dimana-mana. Lalu, apa solusinya? Menurut saya, di samping kita harus berusaha untuk meminimalisir dan mengatasi masalah-masalah tersebut, kita juga harus berusaha untuk memperkuat aspek rohaniah kita. Artinya, kita harus mempertebal keimanan kita, karena dengan keimanan dan keyakinan yang kuat, masalah yang besar sekalipun akan menjadi kecil, bahkan tidak berarti sama sekali.

Sekedar Info

Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita sudah memiliki web sendiri. Ya Allah, wujudkanlah cita-cita kami ini, karena hanya Engkau-lah Dzat Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Jika Engkau menghendaki, maka segala sesuatu akan terasa mudah. Allahumma laa maani'a limaa a'thaita wa laa mu'thiya li maa mana'ta (Ya Allah, tidak ada satu dzat pun yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada satu dzat pun yang dapat memberikan apa yang Engkau halangi.)

Senin, 30 Maret 2009

Sosok Pemimpin Dambaan Umat

Inilah sosok Umar yang pada suatu ketika pernah keluar guna mengamati keadaan kaum muslimin. Pada waktu malam, dia melihat nyala api dari kejauhan. Dia pun pergi menuju ke arah api tersebut. Ternyata, dia menjumpai seorang wanita yang dikelilingi oleh anak-anaknya. Sementara di atas api, ada sebuah periuk yang di dalamnya terdapat batu dan air. Wanita ini memegang sebuah tongkat guna membolak-balikkan batu yang ada di dalam periuk tersebut, sementara anak-anaknya menangis karena kelaparan. Umar pun berkata, “Assalamu’alaikum, wahai orang yang sedang menyalakan api.” Wanita itu menjawab, “Wa’alaikumsalam.” “Apakah aku boleh mendekat?” tanya Umar. “Mendekatlah dengan cara yang baik,” jawab perempuan itu. “Apa yang sedang kalian alami?” tanya Umar lagi. “Kami tidak mempunyai rumah yang dapat melindungi kami dari malam dan dingin,” jawab sang wanita. “Kenapa anak-anak kecil itu menangis?” tanya Umar. “Sesungguhnya mereka sedang lapar,” tukas wanita itu. “Apa yang ada di dalam periuk ini?” tanya Umar. “Batu-batu yang aku panaskan dengan maksud untuk membuat mereka terdiam hingga akhirnya mereka tertidur. Demi Allah, kami merasa kesal kepada Umar,” keluh wanita itu. Wanita tersebut tidak mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah Umar. Maka, Umar berkata, “Ada apa dengan Umar?” Sang wanita menjawab, “Dia telah menjadi pemimpin kami, tetapi kemudian dia melalaikan kami!” Umar pun segera pergi menuju Baitul Maal. Sesampainya di sana, dia mengambil satu karung tepung dan beberapa lemak. Umar berkata kepada pembantunya, “Angkatlah barang-barang ini ke pundakku!” “Biar aku yang membawanya, wahai Amirul Mukminin,” kata pembantu itu. “Apakah kamu siap untuk menanggung dosa-dosaku pada hari kiamat nanti?” tukas Umar. Umar pun, akhirnya, sampai di tempat wanita itu setelah membawa sendiri tepung tersebut. Sesampainya di sana, dia melempar tepung itu, lalu dia berkata kepadanya, “Tuangkanlah tepung itu, biar aku yang membolak-balikkannya.” Umar meniup api hingga asap keluar dari sela-sela jenggotnya yang lebat. Umar memasak makanan untuk wanita tersebut dan anak-anaknya, kemudian dia meletakkan makanan itu di sebuah piring besar untuk diberikan kepada anak-anak kecil itu. Umar memberi langsung makanan itu kepada mereka hingga tangisan mereka tidak terdengar lagi, dan setelah itu mereka pun tertidur. Wanita itu, kemudian, berkata kepada Umar dalam keadaan dia tidak mengetahui bahwa orang yang diajaknya berbicara adalah Umar, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Sungguh, kamu lebih berhak memegang kepemimpinan ini daripada Umar.” Umar pun meninggalkan wanita itu, lalu dia berkata kepada pembantunya, Aslam, “Sesungguhnya kelaparan telah membuat mereka tidak dapat tidur. Maka, aku pun tidak mau meninggalkan sampai mereka benar-benar merasa kenyang.” Sungguh alangkah indahnya bila pemimpin kita yang akan terpilih pada pemilu nanti memiliki karakter seperti Umar, yaitu pemimpin yang selalu memperhatikan kondisi rakyatnya, pemimpin yang tidak tega dan merasa berdosa bila ada salah seorang rakyatnya yang kesulitan makan. Wujudkanlah harapan kami ini, ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sabtu, 28 Maret 2009

Apa Yang Salah....?

Beberapa pekan yang lalu, ketika saya sedang makan bersama teman di sekitar Blok-M Plaza, tiba-tiba saya melihat sekitar 50 pelajar berjalan bersama-sama ke arah Bulungan. Awalnya, saya kira mereka adalah pelajar-pelajar yang sedang melakukan kegiatan (semisal pramuka) karena mereka membawa tongkat. Tetapi ketika saya melihat ada sejumlah pelajar yang membawa pedang, saya langsung menyimpulkan bahwa mereka akan melakukan tawuran. Dugaan saya ternyata benar, karena tidak lama kemudian datang sejumlah pelajar lainnya yang ikut bergabung dengan kelompok pertama. Melihat jumlah mereka sangat banyak, para pelajar yang menjadi lawannya langsung kabur. Saat itu pula, muncul sejumlah pertanyaan dalam benak saya: "Apa yang sebenarnya mereka cari? Ilmu atau apa? Sudah serusak inikah moral remaja-remaja kita? Apa yang mereka dapatkan di sekolah?", serta sejumlah pertanyaan lainnya. Pertanyaan yang sampai saat ini masih tersimpan dalam benak saya, adalah: "Apa yang salah pada sistem pendidikan kita?" Tentunya, ini merupakan masalah yang harus kita jawab bersama bila kita menginginkan masa depan yang gemilang untuk anak-anak kita.

Jumat, 27 Maret 2009

Semangat Sa'ad Yang Telah Hilang

Ketika berhijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi'. Saat itu, Sa'ad berkata kepada Abdurrahman: "Ini adalah hartaku yang telah aku bagi dua. Pilihlah mana yang kamu suka! Ini adalah rumahku yang terdiri dari dua tingkat. Pilihlah mana yang kamu suka! Ini adalah dua orang isteriku. Pilihlah mana yang kamu suka. Aku akan menceraikannya sehingga kamu dapat menikahinya!" Subhanallaah, pengorbanan yang luar biasa dari seorang Muslim terhadap saudaranya sesama Muslim! Sungguh Sa'ad lebih mengutamakan kepentingan saudaranya daripada kepentingan dirinya sendiri. Adakah semangat seperti itu masih tertanam dalam diri kita? Adakah semangat seperti itu masih tertanam dalam hati pejabat-pejabat kita? Adakah semangat seperti itu masih tertanam dalam benak caleg-caleg kita, sehingga ketika sudah terpilih nanti mereka lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan diri mereka sendiri?

Masa depan anak cucu kita???

Saat ini, saya merasakan bahwa secara umum, kondisi umat Islam di Indonesia semakin memprihatinkan. Saya tidak tahu, apakah yang saya rasakan juga dirasakan oleh orang-orang lain. Saya teringat akan cara berfikir orang-orang tua kita....Mereka dengan senang hati menanam pohon kelapa meskipun mereka sadar bahwa mereka tidak mungkin bisa menikmati hasilnya. Itu disebabkan karena mereka sayang kepada anak-anak cucu mereka. Artinya, apapun yang kita tanam sekarang ini, hasilnya akan dinikmati oleh anak-anak cucu kita. Pertanyaannya, apa yang sudah kita tanam untuk mereka??? Pohon yang baikkah ataukah yang buruk??

Prihatin....

Akhir-akhir ini, saya sering gelisah memikirkan nasib umat Islam di Indonesia yang semakin hari semakin memprihatinkan. Sebab, hari demi hari tingkat dekadensi moral di kalangan mereka semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya tindak kriminal yang terjadi di mana-mana, penggunaan narkoba yang sudah masuk ke seluruh lapisan masyarakat baik tua, muda atau –bahkan- anak-anak, korupsi dan kolusi yang sudah membudaya, dan lain sebagainya. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Ini merupakan permasalahan umat yang sangat besar yang harus kita pikirkan bersama. Saya sendiri belum tahu apa yang bisa saya lakukan, karena untuk saat ini saya bukanlah siapa-siapa……(: