Ditulis oleh:
H. D. Hidajat al Bantaniy
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya disisi Allah;
dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan
(QS. At-Taubah [9] : 20)
Apapun yang sedang Anda lakukan sekarang dalam kehidupan ini, berhijrahlah ke jalan Allah dan raih keridhaan-Nya. Mulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Karena keputusan untuk berhijrah itu sendiri telah mencerminkan kesungguhan untuk beranjak masuk ketingkatan yang lebih tinggi. Akrab dengan al-Qur’an bisa menjadi awal rentetan keputusan untuk berbagai aksi berhijrah dijalan-Nya. Hayya alal falah, marilah menuju kemenangan.
Mereka yang mengindahkan peringatan Allah swt tentang kehidupan dunia pastilah amat mengerti kandungan QS. al-An’am (6):33 bahwasanya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka, sedangkan kehidupan akhirat itu sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Ketakwaan mereka dibentengi dengan prinsip hidup amar makhruf nahi munkar. Apapun yang terjadi pada diri mereka, apakah itu kesenangan ataupun kesusahan didunia diterima sebagai ujian untuk menuju kehidupan akhirat yang lebih baik. Sikap seperti ini menelorkan jiwa yang tenang bebas dari stress atau tekanan-tekanan hidup.
Maka sesungguhnya kehidupan yang lurus itu dimulai ketika seseorang telah mulai akrab dengan al-Qur’an. Dalam penciptaan-Nya Allah telah meletakkan segala sesuatu dalam jagad raya ini dengan sempurna dan seimbang. Bukankah QS az-Zumar (39): 5 menunjukkan hal itu; penciptaan-Nya Yang Maha Besar dan keseimbangan yang terjadi karena semua ciptaan-Nya tunduk terhadap perintah-Nya. Subhanallah. Allah juga menciptakan makhluk-Nya dengan berpasangan. Lihatlah apa yang terdapat didalam alam jagad raya ini. Berpasangan, dan berpasangan menelorkan keseimbangan. Manusia dalam mengarungi hidupnya dituntut untuk menyeimbangkan amal-amalnya. Rasulullah saw pernah menegur seseorang yang duduk berdzikir seharian di masjid dan menyuruhnya segera mencari nafkah. Teguran tadi kiranya sejalan dengan firman Allah dalam QS al Jumuah (62):10 berikut ini ”Dan apabila telah ditunaikan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.
Al-Qur’an adalah Kitab mulia yang memberikan tuntunan bagi seluruh aspek kehidupan manusia untuk mencapai keseimbangan relatif bagi orang per orang. Manakala keseimbangan kiri yang diamalkannya maka pelanggaran-pelanggaran perintah Allah saw menjadi taruhan hidupnya; sebaliknya apabila dilakukannya amal shaleh yang merupakan keseimbangan kanan maka ia akan dimasukkan kedalam golongan orang-orang yang bertakwa. Surah al-Waqiah mendefinisikan mana golongan kanan dan mana golongan kiri; serta ganjaran yang diperoleh dari masing-masing golongan (QS 56:8 dan 9; QS 56:27 dan 41). Golongan kanan adalah orang-orang yang menerima buku catatan amal mereka dengan tangan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu! Dan golongan kiri adalah orang-orang yang menerima buku catatan amal mereka dengan tangan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu! Dan ketika rendahnya akhlak merasuk ke dalam kehidupan nyata seperti yang sedang terjadi dimasyarakat muslim dewasa ini, maka ia menjelma sebagai dekadensi moral berupa perjudian, pelacuran, maraknya kasus bunuh diri, aliran sesat dan perilaku tidak islami lainnnya. Semua hanya akan teratasi secara tuntas manakala kaum muslim mau mengakrabkan dirinya kepada al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Upaya-upaya sementara kalangan untuk melengkapi kehidupan ini melalui kegiatan sosial keagamaan berupa pengumpulan al-Qur’an cetak maupun braille sejatinya adalah upaya untuk memahami kandungan al-Qur’an al-Karim dan dalam rangka mengajak kaum muslim akrab dengan al-Qur’an.
Di samping itu kita melihat adanya gerakan-gerakan pendidikan yang berpusaran pada al-Qur’an seperti PPPA Daarul Qur’an yang menerapkan pengajaran al-Qur’an sejak dini kepada murid-muridnya dan International Islamic Boarding School yang menerapkan pendidikan selama 2 tahun berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua institusi itu mempersyaratkan lulusannya hafidz al-Qur’an beberapa surah. Dan banyak lagi yang menyelenggarakannya dari tingkat Ibtida’iyah sampai Aliyah yang mendidik santrinya hafidz al-Qur’an. Di tingkat perguruan tinggi kita bisa jumpai Universitas Al Azhar Indonesia yang menghadirkan suasana belajar islami dan tentunya beberapa Perguruan Tingga Ilmu Al-Qur’an dan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an. Kedua perguruan tinggi yang disebutkan terakhir walaupun mempersyaratkan lulusannya hafidz al-Qur’an namun institusi ini merupakan ajang belajar yang mempersiapkan lulusan untuk memilih bidang akademika yang normatif seperti Ushuludiin (Agama), Syariah (Hukum), Dakwah, Lughoh (Bahasa).
Dengan memahami keprihatinan umat akan perlunya digalakkan tuntunan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari telah dicanangkan suatu gagasan untuk membentuk kepribadian (personality development program) melalui Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an Plus yang akan mempersiapkan kaawadir (kader-kader) lulusan ini berada di tengah-tengah masyarakat dan berperan layaknya lampu yang menerangi kegelapan umat menjadi terang benderang dalam aplikasi sesungguhnya ayat-ayat al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Yayasan Baitul Hikmah Elnusa dengan Pusat Syi’ar Masjid Baitul Hikmah di Jalan Simatupang dewasa ini dalam perintisan kerjasama beberapa pihak untuk mewujudkan gagasan tersebut di atas. Para simpatisan ummat Islam yang berminat menyumbang dalam bentuk moril maupun materil untuk tercapainya gagasan ini dihimbau mengikuti selalu perkembangannya melalui www.mediasilaturahim.com.
Allah berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan Menolongmu dan Meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad 47:9). Allah akan menolong kita manakala kita fisabilillah dijalan-Nya melalui al Qur’an dan al Hadits dan selalu ada pahala bagi mereka yang akrab dengan al Qur’an. Mereka yang belum, berhijrahlah sehingga insya Allah didapat pahala berupa derajat yang lebih tinggi seperti apa dijanjikan-Nya dalam QS at Taubah 9:20 tersebut diawal tulisan ini.
(Info:
* Badan Wakaf Al-Qur’an, Jl. Tebet Timur Dalam 1 No.1, Jakarta 12820.
Website: www.wakafquran.com Tel: 021- 835-0084).
* PPPA Daarul Qur’an, Kel Ketapan, Kec Cipondoh, Tangerang 15147 Tel: 021 5575-1774
* Yayasan Baitul Hikmah Elnusa, Masjid baitul Hikmah, Jl TB Simatupang 1B,
Jakarta 12560 Tel: 021-7883-0850 ext 4444.
Tampilkan postingan dengan label PTIQ Plus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PTIQ Plus. Tampilkan semua postingan
Minggu, 14 Februari 2010
Keutamaan Al-Qur`an Al-’Azhim
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur`an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Waaqi’ah [56]: 77-80)
Allah swt. berfirman: “Apabila kamu membaca Al-Qur`an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl [16]: 98)
Allah swt. berfirman: “Dan apabila dibacakan Al-Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf [7]: 204)
Allah swt. berfirman: “Dan bacalah Al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 4)
Allah swt. berfirman: “Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur`an.” (QS. Al-Muzammil [73]: 20)
Allah swt. berfirman: “Dan apabila kamu membaca Al-Qur`an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (QS. Al-Israa` [17]: 45)
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Israa` [17]: 9)
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur`an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39]: 27)
Allah swt. berfirman: “Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur`an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (QS. Qaaf [50]: 45)
Allah swt. berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24)
Rasulullah saw. bersabda: “Bergembiralah kalian karena sesungguhnya salah satu ujung Al-Qur`an ini berada di tangan Allah sedangkan ujung lainnya berada di tangan kalian, maka peganglah ia erat-erat, karena sesungguhnya kalian tidak akan pernah binasa dan tidak akan pernah sesat setelahnya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dari Jubair ra..
Nabi saw. bersabda: “Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa`i dan Ibnu Majah dari Utsman bin Affan ra..
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur`an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Al-Hakim dari Ibnu Mas’ud ra..
Nabi saw. bersabda: “Orang-orang yang mulia di antara umatku adalah orang-orang yang selalu bersama Al-Qur`an dan orang-orang yang rajin bangun malam (untuk beribadah).” Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi dari Ibnu Abbas ra..
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca seratus ayat dalam satu malam, maka dia tidak akan dicatat ke dalam golongan orang-orang yang lalai.” Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abu Hurairah ra..
Nabi saw. bersabda: “Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman: ‘Barangsiapa yang dirinya disibukkan oleh Al-Qur`an dan dzikir untuk meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya hal terbaik yang diberikan kepada orang-orang yang meminta. Kelebihan Kalam Allah atas seluruh kalam (perkataan) yang lainnya adalah seperti kelebihan Allah atas makhluk-makhluk-Nya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Sa’id ra..
Nabi saw. bersabda: “Akan dikatakan kepada orang yang sering membaca Al-Qur`an ketika dia masuk surga: ‘Masuklah dan bacalah!’ Orang itu pun membaca (Al-Qur`an) dan naik satu derajat setiap (dia membaca) satu ayat sampai dia membaca ayat terakhir yang ada bersamanya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id ra..
Allah swt. berfirman: “Apabila kamu membaca Al-Qur`an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl [16]: 98)
Allah swt. berfirman: “Dan apabila dibacakan Al-Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf [7]: 204)
Allah swt. berfirman: “Dan bacalah Al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 4)
Allah swt. berfirman: “Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur`an.” (QS. Al-Muzammil [73]: 20)
Allah swt. berfirman: “Dan apabila kamu membaca Al-Qur`an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (QS. Al-Israa` [17]: 45)
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Israa` [17]: 9)
Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur`an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39]: 27)
Allah swt. berfirman: “Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur`an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (QS. Qaaf [50]: 45)
Allah swt. berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24)
Rasulullah saw. bersabda: “Bergembiralah kalian karena sesungguhnya salah satu ujung Al-Qur`an ini berada di tangan Allah sedangkan ujung lainnya berada di tangan kalian, maka peganglah ia erat-erat, karena sesungguhnya kalian tidak akan pernah binasa dan tidak akan pernah sesat setelahnya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dari Jubair ra..
Nabi saw. bersabda: “Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa`i dan Ibnu Majah dari Utsman bin Affan ra..
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur`an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Al-Hakim dari Ibnu Mas’ud ra..
Nabi saw. bersabda: “Orang-orang yang mulia di antara umatku adalah orang-orang yang selalu bersama Al-Qur`an dan orang-orang yang rajin bangun malam (untuk beribadah).” Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi dari Ibnu Abbas ra..
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca seratus ayat dalam satu malam, maka dia tidak akan dicatat ke dalam golongan orang-orang yang lalai.” Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abu Hurairah ra..
Nabi saw. bersabda: “Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman: ‘Barangsiapa yang dirinya disibukkan oleh Al-Qur`an dan dzikir untuk meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya hal terbaik yang diberikan kepada orang-orang yang meminta. Kelebihan Kalam Allah atas seluruh kalam (perkataan) yang lainnya adalah seperti kelebihan Allah atas makhluk-makhluk-Nya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Sa’id ra..
Nabi saw. bersabda: “Akan dikatakan kepada orang yang sering membaca Al-Qur`an ketika dia masuk surga: ‘Masuklah dan bacalah!’ Orang itu pun membaca (Al-Qur`an) dan naik satu derajat setiap (dia membaca) satu ayat sampai dia membaca ayat terakhir yang ada bersamanya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id ra..
Akrablah Dengan Al Qur’an (2)
Keprihatinan Yayasan Wakaf Al Qur’an akan masih kurangnya al Quran untuk memenuhi kebutuhan madrasah, masjid dan pondok pesantren nampaknya tidak sendirian, ternyata suatu Yayasan penyedia al Qur’an braille juga mengkhawatirkan kurangnya perhatian umat terhadap kebutuhan kira-kira 1,5 juta ikhwan muslim tuna netra yang tercatat di seantero Nusantara. Mereka memerlukan dan mendambakan hadirnya al Qur’an braille dalam kehidupan mereka dan dalam upaya mereka untuk memperdalam ilmu yang terkandung dalam al Qur’an. Semangat ikhwan tuna netra ini patut kita teladani. Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa amat besar perhatian berbagai kalangan terhadap al-Qur’an, dan hal itu tercermin dari upaya-upaya mulia mereka melalui badan-badan sosial seperti yayasan tersebut. Upaya-upaya itu berkontribusi dalam melestarikan keberadaan al Qur’an di masyarakat. Kecenderungan ini pastilah didasari oleh suatu alasan yang kuat bahwa al Qur’an dapat membentuk dan menjaga kepribadian seseorang menjadi insan yang berakhlakul kharimah. Semua perilaku manusia dengan berbagai perbedaan perangai itu dapat dibina melalui pengetahuannya yang tammah terhadap kandungan al Qur’an karena sejatinya semua aspek kehidupan yang dijalani manusia diatur dengan seksama di dalam al Qur’an.
Apabila kita takar kadar keimanan dan pengetahuan tentang tauhid maka akan terdapat korelasi antara pemahaman kandungan al Qur’an dengan perilaku seseorang di dalam masyarakat. Sekarang, marilah kita lihat peta pemahaman al Qur’an di masyarakat. Rasulullah saw telah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه
“Setiap anak yang dilahirkan, berada dalam keadaan suci (Islam), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Daud)
Mayoritas umat Islam terlahir sebagai muslim sejak lahir. Peranan orang tua atau keluarga sangat besar dalam membentuk ke-Islam-an seseorang. Dewasa ini hampir dapat dipastikan populasi umat muslim yang paham akan kandungan al Qur’an sangat sedikit yaitu berbanding lurus dengan akses yang terbatas dalam menempuh pendidikan. Amat boleh jadi semula berawal dari faktor kemiskinan. Kemiskinan hampir tidak menyisakan peluang untuk mengenyam pendidikan, lebih jauh lagi adalah pendidikan Islam. Nilai-nilai agama berupa tauhid dan keimanan yang melahirkan takwa kepada seseorang hanya didapat dari kegiatan ritual dasar seperti shalat dan puasa belaka. Kiranya kadar keimanan seperti itu tidak cukup untuk melawan godaan yang berlaku di masyarakat materialistis seperti yang dijumpai sekarang. Tayangan tv telah masuk ke ruang-ruang keluarga dan memamerkan gemerlapnya pesta-pesta musik, mobil mewah, rumah-rumah mewah yang dipertontonkan dalam sinetron membentuk pola pikir konsumerisme. Bagaimana apabila yang menonton adalah keluarga yang kurang berkecukupan? Apa yang dipertontonkan setiap hari amat mudah merasuk ke dalam pikiran bawah sadar yang mungkin dapat mendorong seseorang untuk untuk korupsi, merampok dan hal-hal negatif lainnya yang bisa dipikirkan manusia.
Kebobrokan perangai manusia berkembang misalnya dalam bentuk-bentuk pembunuhan yang disertai mutilasi, pembunuhan berantai, penganiyaan, dan lain sebagainya yang kita dijumpai sehari-hari dalam kehidupan yang konon beranjak modern ini. Belum terhitung aliran2 sesat yang diindoktrinasikan kepada umat yang kurang pengetahuan tentang Islam. Keadaan ini menjadi teramat kompleks apabila tidak segera ditangani dengan cara-cara Islami. Yang bisa menolong keadaan ini hanyalah adanya sarana bagi mereka terhadap pemahaman al Qur’an yang bisa membentengi iman terhadap goda’an dunia. Dan percayalah, selalu saja pasti keadaan ini dapat diatasi asal saja dilandasi dengan keimanan terhadap al Qur’an.
Al Qur’an mengatur seluruh perilaku dan tata kehidupan sosial manusia agar selalu berada lurus dalam hidayah-Nya antara lain seperti hal-hal berikut ini;
Mengenai Keimanan kepada Allah al Khaliq Surah al-Anbiya 21:30; mengenai Perkawinan Surah Al-Baqarah QS 2:221; mengenai Ilmu Pengetahuan Surah ar-Rahman 55:19-20; mengenai Adab Silaturahim Surah an-Nur QS 24:27; Surah al Hujurat QS 4-5; mengenai Utang Piutang Surah al Baqarah 2:282; mengenai Riba Surah al Baqarah 2:275; mengenai Makanan Surah al Maidah QS 5:3 dan juga Surah al An-am QS 6:145 dan mengenai semua aspek kehidupan manusia.
Sedikit gambaran tentang pergeseran penganut Islam. Dari sebuah millis diwartakan bahwa penganut Islam di Eropa dalam kurun waktu 1934-1984 berkembang naik menjadi 235%. Agama Nasrani sudah semakin tidak menarik di negeri-negeri maju, bahkan gereja yang dijual bisa jadi karena kurangnya pengunjung. Sebagian besar dari mereka bisa jadi beralih ke agama Islam. Kecenderungan pergeseran penganut Nasrani ke Islam juga bisa jadi disebabkan kemajuan cara berpikir dan pendidikan di negeri-negeri maju. Orang non-Islam yang berpendidikan tinggi yang secara serius, rendah hati dan tulus mencari kebenaran akhirnya menghadapi dilema dimana Kristen dan Katolik tidak bisa menjawab pencarian mereka.
Namun hal sebaliknya telah terjadi di Indonesia. Hasil riset Yayasan Al Atsar Al-Islam (Magelang) menunjukkan bahwa mulai tahun 1999-2000 Kristen dan Khatolik di Jateng telah meningkat dari 1-5 % diawal tahun 1990, kini naik drastis 20-25% dari total jumlah penduduk Indonesia. Laporan Riset Majelis Agama Waligereja Indonesia, mengatakan bahwa sejak tahun 1980-an setiap tahunnya laju pertumbuhan umat Khatolik: 4,6%, Protestan 4,5%, Hindu 3,3%, Budha 3,1% dan ISLAM HANYA 2,75%. Dan data Global Evangelization Movement mencatat pertumbuhan umat Kristen di Indonesia telah mencapai lebih 19 % dari total 210 jumlah penduduk Indonesia.
Beberapa kemungkinan penyebab berkembang pesatnya Nasrani di Indonesia masih menurut riset ini adalah hasil kerja keras para misionaris yang melakukan kegiatannya dengan dukungan dana yang besar serta bantuan internasional. Mereka tidak lagi mampu ‘menjual’ agama mereka di negerinya sendiri. Namun kemungkinan lain bisa jadi kemiskinan dan kebodohan membuat umat Islam mudah menjadi Kufur / Kafir, seperti disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Pemurtadan umumnya sukses terjadi di kantong-kantong penduduk miskin yang terdapat baik di pedesaan maupun di perkotaan. Ditempat-tempat seperti inilah maka tuntunan terhadap para dhuafa dan awam dalam agama Islam akan perlunya akrab dengan al Qur’an patut menjadi prioritas dalam upaya mensyi’arkan Islam, artinya mengantarkan umat Muslim menjadi umat yang rahmatan lil alamin. Bayangkan berapa banyak al qur’an perlu disiapkan? Kerja besar.
Dalam sebuah harian, Menteri Agama mengatakan ”Dewasa ini dirasakan jumlah ulama semakin berkurang padahal tantangan yang dihadapi umat kian meningkat. Saat ini Indonesia sedang mangalami krisis ulama.” (Republika, 04-04-09). Alhasil keadaan dekadensi moral telah dibarengi pula dengan krisis ulama. Maka semakin nyata perlunya pemahaman al Qur’an untuk lapisan masyarakat awam dalam bentuk program yang secara sistematis mampu mendekatkan al Qur’an kedalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan akan mampu menahan laju dekadensi moral yang terjadi di masyarakat
Menjadi riil bagi mereka yang kini memiliki akses kepada keberadaan al Qur’an di tangannya untuk menyegerakan diri akrab dengan al Qur’an dan mengikuti anjuran mensyi’arkan Islam sebagaimana hadits Rasulullah saw untuk menyampaikan kepada saudara muslimnya walaupun cuma satu ayat. Bisa dimulai dengan pemahaman dari diri kita sendiri dan kemudian mendakwahkan satu ayat maka alangkah indahnya persaudaraan muslim ini jadinya.
(Ditulis oleh: H. D. Hidajat al Bantaniy)
Apabila kita takar kadar keimanan dan pengetahuan tentang tauhid maka akan terdapat korelasi antara pemahaman kandungan al Qur’an dengan perilaku seseorang di dalam masyarakat. Sekarang, marilah kita lihat peta pemahaman al Qur’an di masyarakat. Rasulullah saw telah bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه
“Setiap anak yang dilahirkan, berada dalam keadaan suci (Islam), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Daud)
Mayoritas umat Islam terlahir sebagai muslim sejak lahir. Peranan orang tua atau keluarga sangat besar dalam membentuk ke-Islam-an seseorang. Dewasa ini hampir dapat dipastikan populasi umat muslim yang paham akan kandungan al Qur’an sangat sedikit yaitu berbanding lurus dengan akses yang terbatas dalam menempuh pendidikan. Amat boleh jadi semula berawal dari faktor kemiskinan. Kemiskinan hampir tidak menyisakan peluang untuk mengenyam pendidikan, lebih jauh lagi adalah pendidikan Islam. Nilai-nilai agama berupa tauhid dan keimanan yang melahirkan takwa kepada seseorang hanya didapat dari kegiatan ritual dasar seperti shalat dan puasa belaka. Kiranya kadar keimanan seperti itu tidak cukup untuk melawan godaan yang berlaku di masyarakat materialistis seperti yang dijumpai sekarang. Tayangan tv telah masuk ke ruang-ruang keluarga dan memamerkan gemerlapnya pesta-pesta musik, mobil mewah, rumah-rumah mewah yang dipertontonkan dalam sinetron membentuk pola pikir konsumerisme. Bagaimana apabila yang menonton adalah keluarga yang kurang berkecukupan? Apa yang dipertontonkan setiap hari amat mudah merasuk ke dalam pikiran bawah sadar yang mungkin dapat mendorong seseorang untuk untuk korupsi, merampok dan hal-hal negatif lainnya yang bisa dipikirkan manusia.
Kebobrokan perangai manusia berkembang misalnya dalam bentuk-bentuk pembunuhan yang disertai mutilasi, pembunuhan berantai, penganiyaan, dan lain sebagainya yang kita dijumpai sehari-hari dalam kehidupan yang konon beranjak modern ini. Belum terhitung aliran2 sesat yang diindoktrinasikan kepada umat yang kurang pengetahuan tentang Islam. Keadaan ini menjadi teramat kompleks apabila tidak segera ditangani dengan cara-cara Islami. Yang bisa menolong keadaan ini hanyalah adanya sarana bagi mereka terhadap pemahaman al Qur’an yang bisa membentengi iman terhadap goda’an dunia. Dan percayalah, selalu saja pasti keadaan ini dapat diatasi asal saja dilandasi dengan keimanan terhadap al Qur’an.
Al Qur’an mengatur seluruh perilaku dan tata kehidupan sosial manusia agar selalu berada lurus dalam hidayah-Nya antara lain seperti hal-hal berikut ini;
Mengenai Keimanan kepada Allah al Khaliq Surah al-Anbiya 21:30; mengenai Perkawinan Surah Al-Baqarah QS 2:221; mengenai Ilmu Pengetahuan Surah ar-Rahman 55:19-20; mengenai Adab Silaturahim Surah an-Nur QS 24:27; Surah al Hujurat QS 4-5; mengenai Utang Piutang Surah al Baqarah 2:282; mengenai Riba Surah al Baqarah 2:275; mengenai Makanan Surah al Maidah QS 5:3 dan juga Surah al An-am QS 6:145 dan mengenai semua aspek kehidupan manusia.
Sedikit gambaran tentang pergeseran penganut Islam. Dari sebuah millis diwartakan bahwa penganut Islam di Eropa dalam kurun waktu 1934-1984 berkembang naik menjadi 235%. Agama Nasrani sudah semakin tidak menarik di negeri-negeri maju, bahkan gereja yang dijual bisa jadi karena kurangnya pengunjung. Sebagian besar dari mereka bisa jadi beralih ke agama Islam. Kecenderungan pergeseran penganut Nasrani ke Islam juga bisa jadi disebabkan kemajuan cara berpikir dan pendidikan di negeri-negeri maju. Orang non-Islam yang berpendidikan tinggi yang secara serius, rendah hati dan tulus mencari kebenaran akhirnya menghadapi dilema dimana Kristen dan Katolik tidak bisa menjawab pencarian mereka.
Namun hal sebaliknya telah terjadi di Indonesia. Hasil riset Yayasan Al Atsar Al-Islam (Magelang) menunjukkan bahwa mulai tahun 1999-2000 Kristen dan Khatolik di Jateng telah meningkat dari 1-5 % diawal tahun 1990, kini naik drastis 20-25% dari total jumlah penduduk Indonesia. Laporan Riset Majelis Agama Waligereja Indonesia, mengatakan bahwa sejak tahun 1980-an setiap tahunnya laju pertumbuhan umat Khatolik: 4,6%, Protestan 4,5%, Hindu 3,3%, Budha 3,1% dan ISLAM HANYA 2,75%. Dan data Global Evangelization Movement mencatat pertumbuhan umat Kristen di Indonesia telah mencapai lebih 19 % dari total 210 jumlah penduduk Indonesia.
Beberapa kemungkinan penyebab berkembang pesatnya Nasrani di Indonesia masih menurut riset ini adalah hasil kerja keras para misionaris yang melakukan kegiatannya dengan dukungan dana yang besar serta bantuan internasional. Mereka tidak lagi mampu ‘menjual’ agama mereka di negerinya sendiri. Namun kemungkinan lain bisa jadi kemiskinan dan kebodohan membuat umat Islam mudah menjadi Kufur / Kafir, seperti disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Pemurtadan umumnya sukses terjadi di kantong-kantong penduduk miskin yang terdapat baik di pedesaan maupun di perkotaan. Ditempat-tempat seperti inilah maka tuntunan terhadap para dhuafa dan awam dalam agama Islam akan perlunya akrab dengan al Qur’an patut menjadi prioritas dalam upaya mensyi’arkan Islam, artinya mengantarkan umat Muslim menjadi umat yang rahmatan lil alamin. Bayangkan berapa banyak al qur’an perlu disiapkan? Kerja besar.
Dalam sebuah harian, Menteri Agama mengatakan ”Dewasa ini dirasakan jumlah ulama semakin berkurang padahal tantangan yang dihadapi umat kian meningkat. Saat ini Indonesia sedang mangalami krisis ulama.” (Republika, 04-04-09). Alhasil keadaan dekadensi moral telah dibarengi pula dengan krisis ulama. Maka semakin nyata perlunya pemahaman al Qur’an untuk lapisan masyarakat awam dalam bentuk program yang secara sistematis mampu mendekatkan al Qur’an kedalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan akan mampu menahan laju dekadensi moral yang terjadi di masyarakat
Menjadi riil bagi mereka yang kini memiliki akses kepada keberadaan al Qur’an di tangannya untuk menyegerakan diri akrab dengan al Qur’an dan mengikuti anjuran mensyi’arkan Islam sebagaimana hadits Rasulullah saw untuk menyampaikan kepada saudara muslimnya walaupun cuma satu ayat. Bisa dimulai dengan pemahaman dari diri kita sendiri dan kemudian mendakwahkan satu ayat maka alangkah indahnya persaudaraan muslim ini jadinya.
(Ditulis oleh: H. D. Hidajat al Bantaniy)
Urgensi Al-Qur`an Bagi Kehidupan Manusia
Kehidupan manusia di dunia bukanlah perjalanan yang tak bertujuan, melainkan perjalanan menuju satu titik tujuan, yaitu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perjalanan manusia di dunia harus lurus ke arah tujuan yang hendak dicapai dan tidak boleh menyimpang darinya. Sebagaimana seorang musafir membutuhkan petunjuk jalan agar dirinya dapat sampai di tempat tujuan, manusia pun memerlukan adanya petunjuk jalan yang akan membimbingnya dalam menggapai dua macam kebahagiaan, yaitu kebahagiaan sementara di dunia dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Dengan petunjuk tersebut, kehidupan manusia akan terarah sehingga dirinya akan sampai di satu titik yang menjadi tujuannya itu dengan selamat.
Sebaliknya, tanpa petunjuk tersebut, dia akan menjadi seperti musafir yang berjalan tanpa tahu arah dan tujuan. Orang seperti ini akan tersesat dan akan terombang-ambing oleh derasnya “ombak” kehidupan dunia hingga tak tahu lagi ke mana dia harus menepi. Akhirnya, dia pun tenggelam ke dalam “lautan” kehidupan dunia yang penuh dengan fatamorgana. Hidupnya hanya sekedar untuk mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi yang bersifat fana`, sehingga meskipun hidupnya penuh dengan berbagai macam kenikmatan atau kesenangan duniawi, akan tetapi dia belum tentu bahagia. Andaikata dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi itu dia memang dapat meraih kebahagiaan di dunia, tapi apakah dia dapat meraih kebahagiaan di akhirat? Yang terpikir dalam benaknya hanyalah bagaimana dia dapat hidup senang, meskipun terkadang kesenangan itu diperoleh dengan cara merugikan orang lain atau membuatnya sengsara.
Orang-orang seperti ini sudah tidak sulit dijumpai pada zaman kita sekarang. Hari demi hari, makin banyak orang yang hanya mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi semata. Akibatnya, kejahatan semakin marak, korupsi semakin merajalela, tindakan asusila ada di mana-mana, dan moral masyarakat semakin bobrok. Ironisnya, hal itu juga terjadi di negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan dapat dikatakan sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Semua itu terjadi karena mereka sudah tidak lagi memperhatikan dan mengikuti petunjuk Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Sebagai muslim, kita meyakini bahwa sesuatu yang harus kita jadikan sebagai petunjuk atau pedoman dalam kehidupan di dunia ini adalah al-Qur`an, kitab suci yang diturunkan Allah kepada baginda Nabi Muhammad saw.. Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu`min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. al-Israa` [17]: 9-10)
Sebagai petunjuk, al-Qur`an memuat hal-hal yang dibutuhkan manusia guna meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, baik berupa berita tentang kisah umat-umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran, kabar tentang hal-hal yang akan terjadi di masa-masa mendatang, ataupun hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia. Bila seseorang memperhatikan dengan baik hal-hal tersebut, kemudian dia mengikuti petunjuk-petunjuk al-Qur`an yang berkaitan dengannya, maka dia dijamin tidak akan sesat. Mengenai hal ini, Rasulullah saw. bersabda:
“Di dalamnya (al-Qur`an) terdapat berita tentang hal-hal yang terjadi sebelum (masa) kalian, kabar tentang hal-hal yang akan terjadi setelah (masa) kalian, dan hukum-hukum yang diterapkan di antara kalian. Al-Qur`an merupakan perkataan yang tegas (penuh arti) dan bukan perkataan omong kosong. Barangsiapa yang meninggalkannya karena perasaan sombong yang ada dalam dirinya, maka Allah akan memusuhinya. Barangsiapa yang mencari petunjuk lain selain al-Qur`an, maka Allah akan menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi dan al-Darimi)
Al-Qur`an merupakan penawar bagi hati yang resah, hukum yang adil untuk memecahkan pelbagai persoalan, serta merupakan kata-putus yang tegas yang sama sekali tidak mengandung unsur sendau-gurau. Ia bagaikan pelita yang cahayanya tak kenal pudar, bintang kejora yang kilauan sinarnya tak pernah padam, dan samudera luas yang kedalamannya tak terjajaki.
Sebagai kitab suci yang bersumber dari Dzat Yang Maha Mengetahui, al-Qur`an telah disusun dengan susunan yang sangat rapi, penghubungan antara bagian-bagian awal dengan bagian-bagian akhirnya begitu indah, isyarat-isyaratnya amat cemerlang, dan perpindahannya dari penyampaian kisah-kisah yang menarik menuju pemberian peringatan dan teguran kepada umat manusia sangat menakjubkan. Ia telah dirancang sedemikian rupa sehingga ia memuat dasar-dasar, pokok-pokok atau prinsip-prinsip yang memang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Bahkan, ada sebagian ulama yang beranggapan bahwa al-Qur`an merupakan sumber segala ilmu, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum. Anggapan mereka itu didasarkan pada firman Allah swt. yang berbunyi:
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab (al-Qur`an).” (QS. al-An’aam [6]: 38)
Mungkin anggapan mereka itu tidaklah berlebihan, karena dalam al-Qur`an memang terdapat penjelasan-penjelasan atau isyarat-isyarat yang berkaitan dengan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan. Hanya saja perlu ditekankan di sini bahwa al-Qur`an diturunkan bukan untuk menjadi kitab (buku) ilmu pengetahuan, melainkan sebagai buku petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS. al-Baqarah [2]: 2). Al-Qur`an-lah yang dapat membimbing manusia ke jalan yang lurus, yang tidak menyimpang, dan yang sesuai dengan arah tujuan. Al-Qur`an-lah yang memberitahukan kepada manusia; mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan lain sebagainya. Al-Qur`an-lah yang memerintahkan manusia untuk mengikuti sosok teladan bagi umat manusia, Nabi Muhammad saw., serta untuk menjauhi langkah-langkah setan yang merupakan musuh yang nyata bagi mereka.
Untuk dapat menjadikan al-Qur`an sebagai petunjuk, tentunya perlu ada upaya perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur`an, pemahaman terhadap makna-maknanya, serta pengungkapan terhadap rahasia-rahasia atau mutiara-mutiara yang terkandung di dalamnya. Untuk itulah, Allah swt. pun memerintahkan manusia untuk merenungi ayat-ayat al-Qur`an dan memahami makna-maknanya. Dia berfirman:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24)
Pada ayat lain, Allah juga berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad [38]: 29)
Perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur`an dan pemahaman terhadap makna-maknanya ini perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong, karena terkadang ada satu ayat yang dijelaskan oleh ayat lain. Perenungan dan pemahaman itu juga harus dilakukan dari berbagai sudut pandang, dengan harapan output yang dihasilkan –paling tidak- dapat mendekati maksud yang dikehendaki Allah swt.. Mengingat al-Qur`an diturunkan dalam bahasa Arab dengan gaya bahasa yang mengandung unsur sastra tinggi, maka untuk dapat memahami al-Qur`an dengan baik, seseorang membutuhkan adanya bantuan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu bahasa, asbabun nuzul, qawa`id tafsir, fikih, dan lain sebagainya. Bahkan terkadang diperlukan bantuan ilmu-ilmu umum, seperti psikologi, sosiologi, ekonomi dan lain sebagainya, tentunya sesuai dengan tema ayat yang akan dibahas. Untuk itu, di kalangan umat Islam ini, harus ada orang-orang tertentu yang memfokuskan perhatiannya pada upaya perenungan dan pemahaman terhadap makna ayat-ayat al-Qur`an. Orang-orang seperti ini diharapkan dapat membantu umat Islam lainnya dalam memahami al-Qur`an, sehingga mereka semua dapat menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan petunjuk al-Qur`an. Wallahu a’lam….
Sebaliknya, tanpa petunjuk tersebut, dia akan menjadi seperti musafir yang berjalan tanpa tahu arah dan tujuan. Orang seperti ini akan tersesat dan akan terombang-ambing oleh derasnya “ombak” kehidupan dunia hingga tak tahu lagi ke mana dia harus menepi. Akhirnya, dia pun tenggelam ke dalam “lautan” kehidupan dunia yang penuh dengan fatamorgana. Hidupnya hanya sekedar untuk mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi yang bersifat fana`, sehingga meskipun hidupnya penuh dengan berbagai macam kenikmatan atau kesenangan duniawi, akan tetapi dia belum tentu bahagia. Andaikata dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi itu dia memang dapat meraih kebahagiaan di dunia, tapi apakah dia dapat meraih kebahagiaan di akhirat? Yang terpikir dalam benaknya hanyalah bagaimana dia dapat hidup senang, meskipun terkadang kesenangan itu diperoleh dengan cara merugikan orang lain atau membuatnya sengsara.
Orang-orang seperti ini sudah tidak sulit dijumpai pada zaman kita sekarang. Hari demi hari, makin banyak orang yang hanya mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi semata. Akibatnya, kejahatan semakin marak, korupsi semakin merajalela, tindakan asusila ada di mana-mana, dan moral masyarakat semakin bobrok. Ironisnya, hal itu juga terjadi di negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan dapat dikatakan sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Semua itu terjadi karena mereka sudah tidak lagi memperhatikan dan mengikuti petunjuk Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Sebagai muslim, kita meyakini bahwa sesuatu yang harus kita jadikan sebagai petunjuk atau pedoman dalam kehidupan di dunia ini adalah al-Qur`an, kitab suci yang diturunkan Allah kepada baginda Nabi Muhammad saw.. Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu`min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. al-Israa` [17]: 9-10)
Sebagai petunjuk, al-Qur`an memuat hal-hal yang dibutuhkan manusia guna meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, baik berupa berita tentang kisah umat-umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran, kabar tentang hal-hal yang akan terjadi di masa-masa mendatang, ataupun hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia. Bila seseorang memperhatikan dengan baik hal-hal tersebut, kemudian dia mengikuti petunjuk-petunjuk al-Qur`an yang berkaitan dengannya, maka dia dijamin tidak akan sesat. Mengenai hal ini, Rasulullah saw. bersabda:
“Di dalamnya (al-Qur`an) terdapat berita tentang hal-hal yang terjadi sebelum (masa) kalian, kabar tentang hal-hal yang akan terjadi setelah (masa) kalian, dan hukum-hukum yang diterapkan di antara kalian. Al-Qur`an merupakan perkataan yang tegas (penuh arti) dan bukan perkataan omong kosong. Barangsiapa yang meninggalkannya karena perasaan sombong yang ada dalam dirinya, maka Allah akan memusuhinya. Barangsiapa yang mencari petunjuk lain selain al-Qur`an, maka Allah akan menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi dan al-Darimi)
Al-Qur`an merupakan penawar bagi hati yang resah, hukum yang adil untuk memecahkan pelbagai persoalan, serta merupakan kata-putus yang tegas yang sama sekali tidak mengandung unsur sendau-gurau. Ia bagaikan pelita yang cahayanya tak kenal pudar, bintang kejora yang kilauan sinarnya tak pernah padam, dan samudera luas yang kedalamannya tak terjajaki.
Sebagai kitab suci yang bersumber dari Dzat Yang Maha Mengetahui, al-Qur`an telah disusun dengan susunan yang sangat rapi, penghubungan antara bagian-bagian awal dengan bagian-bagian akhirnya begitu indah, isyarat-isyaratnya amat cemerlang, dan perpindahannya dari penyampaian kisah-kisah yang menarik menuju pemberian peringatan dan teguran kepada umat manusia sangat menakjubkan. Ia telah dirancang sedemikian rupa sehingga ia memuat dasar-dasar, pokok-pokok atau prinsip-prinsip yang memang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Bahkan, ada sebagian ulama yang beranggapan bahwa al-Qur`an merupakan sumber segala ilmu, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum. Anggapan mereka itu didasarkan pada firman Allah swt. yang berbunyi:
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab (al-Qur`an).” (QS. al-An’aam [6]: 38)
Mungkin anggapan mereka itu tidaklah berlebihan, karena dalam al-Qur`an memang terdapat penjelasan-penjelasan atau isyarat-isyarat yang berkaitan dengan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan. Hanya saja perlu ditekankan di sini bahwa al-Qur`an diturunkan bukan untuk menjadi kitab (buku) ilmu pengetahuan, melainkan sebagai buku petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS. al-Baqarah [2]: 2). Al-Qur`an-lah yang dapat membimbing manusia ke jalan yang lurus, yang tidak menyimpang, dan yang sesuai dengan arah tujuan. Al-Qur`an-lah yang memberitahukan kepada manusia; mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan lain sebagainya. Al-Qur`an-lah yang memerintahkan manusia untuk mengikuti sosok teladan bagi umat manusia, Nabi Muhammad saw., serta untuk menjauhi langkah-langkah setan yang merupakan musuh yang nyata bagi mereka.
Untuk dapat menjadikan al-Qur`an sebagai petunjuk, tentunya perlu ada upaya perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur`an, pemahaman terhadap makna-maknanya, serta pengungkapan terhadap rahasia-rahasia atau mutiara-mutiara yang terkandung di dalamnya. Untuk itulah, Allah swt. pun memerintahkan manusia untuk merenungi ayat-ayat al-Qur`an dan memahami makna-maknanya. Dia berfirman:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24)
Pada ayat lain, Allah juga berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad [38]: 29)
Perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur`an dan pemahaman terhadap makna-maknanya ini perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong, karena terkadang ada satu ayat yang dijelaskan oleh ayat lain. Perenungan dan pemahaman itu juga harus dilakukan dari berbagai sudut pandang, dengan harapan output yang dihasilkan –paling tidak- dapat mendekati maksud yang dikehendaki Allah swt.. Mengingat al-Qur`an diturunkan dalam bahasa Arab dengan gaya bahasa yang mengandung unsur sastra tinggi, maka untuk dapat memahami al-Qur`an dengan baik, seseorang membutuhkan adanya bantuan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu bahasa, asbabun nuzul, qawa`id tafsir, fikih, dan lain sebagainya. Bahkan terkadang diperlukan bantuan ilmu-ilmu umum, seperti psikologi, sosiologi, ekonomi dan lain sebagainya, tentunya sesuai dengan tema ayat yang akan dibahas. Untuk itu, di kalangan umat Islam ini, harus ada orang-orang tertentu yang memfokuskan perhatiannya pada upaya perenungan dan pemahaman terhadap makna ayat-ayat al-Qur`an. Orang-orang seperti ini diharapkan dapat membantu umat Islam lainnya dalam memahami al-Qur`an, sehingga mereka semua dapat menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan petunjuk al-Qur`an. Wallahu a’lam….
Akrablah Dengan Al Qur’an (I)
Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan
akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat.” (HR Tarmidzi)
Dalam artikel suatu koran ibu kota diberitakan suatu group pengajian memulai gerakan wakaf al-Qur’an. Group ini mencari wakif al-Qur’an untuk lembaga atau group pengajian di pesantren, madrasah, masjid dan semacamnya. Mereka prihatin karena menenggarai lembaga pengajian semacam itu kekurangan al-Qur’an dan mereka membutuhkan banyak sekali. Sebagai Kitabullah yang harus dipelajari dan dibaca oleh umat muslim tidaklah berlebihan kiranya kalau kita juga turut prihatin atas keadaan ini, maka langkah dari group pencari wakif ini patutlah mendapat apresiasi. Keadaan ini amatlah ironis. Terutama ketika kita menjumpai Al Qur’an tersusun rapi di rak-rak buku di rumah seakan-akan tidak pernah disentuh oleh pemiliknya atau hanya dikeluarkan dari raknya ketika tahlilan berlangsung. Pada diskusi tentang al-Qur’an yang diadakan oleh suatu Majlis Taklim baru-baru ini, diakui adanya kekhawatiran akan buku-buku Yasin yang disusun secara praktis untuk tahlilan dalam huruf Latin itu dapat melemahkan niatan kaum Muslim (terutama diperkotaan) untuk membaca dan mengkaji al-Qur’an. Apalagi ketika ayat al-Qur’an yang ditulis dalam huruf Latin itu dibaca oleh mereka yang tidak pernah mempelajari al- Qur’an, maka kemungkinan salah eja akan besar sekali. Seperti layaknya berlaku bagi bahasa-bahasa lain, salah eja memungkinkan suatu kata itu menjadi lain artinya atau bahkan tak bermakna. Apa yang dilakukan dalam tahlilan dengan cara seperti itu apakah kemudian menjadi sia-sia. Tidak juga. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang ia niatkan.”. Dari amal shaleh dengan membaca Surah Yasin tadi kita akan mendapatkan pahala. Akan tetapi apabila kita mengikuti Hadits pada awal tulisan ini, kiranya kita kehilangan kesempatan mendapat satu kebaikan dari setiap satu huruf dalam al-Qur’an yang kita baca, dimana satu kebaikan tadi akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat. Maka tidaklah berkelebihan, atas alasan apapun kita patut bersegera akrab dengan al-Qur’an dengan cara membacanya dan memahami isi kandungan ayat-ayatnya. Lain tidak untuk mendapatkan ridha Allah.
KANDUNGAN AL-QUR’AN. Yang dikemukakan di atas barulah sebagian kecil dari barokah Allah yang bakal kita dapat dari membaca dan mengkaji al-Qur’an(Surah Shaad QS 39: 29), karena al-Qur’an mempunyai makna yang lebih dalam kehidupan kita. Ia merupakan petujuk dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana yang penuh godaan ini.
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang berisi firman Allah swt yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, mengandung petunjuk bagi umat manusia. Diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam Surah al-Baqarah QS 2:2 dijelaskan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa, yaitu mereka yang memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.Wahyu pertama al-Qur’an diturunkan pada suatu malam menjelang akhir Ramadhan kepada Nabi Muhammad saw dalam usianya yang ke-empat puluh. Ketika itu beliau tengah melakukan tahannuts (menyendiri) di dalam gua Hira. Datang kepadanya seorang malaikat dalam rupa manusia. Malaikat itu mendekap beliau kemudian melepaskannya dan berkata kepadanya, “Bacalah”. Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Hal ini dilakukan sampai tiga kali, kemudian malaikat berkata: “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan!” Awal wahyu ini adalah merupakan ayat kesatu dari Surah al-Alaq. Ulama sepakat bahwa wahyu al-Qur’an pertama adalah 5 (lima) ayat pertama surah ini. Allah menciptakan manusia dari segumpal darah. Allah Yang Maha Pemurah mengajarkan dengan pena (tulisan) hal-hal yang diketahui manusia sebelumnya, yakni dengan sarana dan usaha mereka. Dia juga mengajar manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya. Pada awal surah ini Allah memperkenalkan diri sebagai Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Pemurah. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Manakala kita berupaya belajar dan mengkaji al-Qur’an, Allah pasti akan membantu. Namun Allah tahu betul sifat manusia ciptaan-Nya. Oleh karena itu dalam Surah al-Qamar 54: 17; 22; 32; 40 sebanyak empat kali Allah swt memerintahkan kita untuk mempelajari al-Qur’an dengan nada bertanya “Walaqod yassarnaa al qur’ana lildzikri fahal mimmudzakir.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Jadi al-Qur’an telah dibuat mudah sehingga kita tidak mempunyai alasan untuk tidak mampu mempelajarinya. Untuk bisa memahami kandungan al-Qur’an, kita perlu mempelajarinya. Di bagian lain web ini disampaikan mengenai kemudahan mempelajari al Qur’an karena berbagai alasan antara lain bahwa 40% kata bahasa Indonesai berasal dari bahasa Arab. Belajar dimulai dengan membaca dan kemudian mengartikannya (menterjemahkannya dalam bahasa ibu kita). Yang diperlukan kemudian adalah kemauan dan tekad yang kuat dalam memenuhi perintah Allah swt. Wallahu’alam. (Ditulis oleh H. D. Hidajat al Bantaniy)
akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat.” (HR Tarmidzi)
Dalam artikel suatu koran ibu kota diberitakan suatu group pengajian memulai gerakan wakaf al-Qur’an. Group ini mencari wakif al-Qur’an untuk lembaga atau group pengajian di pesantren, madrasah, masjid dan semacamnya. Mereka prihatin karena menenggarai lembaga pengajian semacam itu kekurangan al-Qur’an dan mereka membutuhkan banyak sekali. Sebagai Kitabullah yang harus dipelajari dan dibaca oleh umat muslim tidaklah berlebihan kiranya kalau kita juga turut prihatin atas keadaan ini, maka langkah dari group pencari wakif ini patutlah mendapat apresiasi. Keadaan ini amatlah ironis. Terutama ketika kita menjumpai Al Qur’an tersusun rapi di rak-rak buku di rumah seakan-akan tidak pernah disentuh oleh pemiliknya atau hanya dikeluarkan dari raknya ketika tahlilan berlangsung. Pada diskusi tentang al-Qur’an yang diadakan oleh suatu Majlis Taklim baru-baru ini, diakui adanya kekhawatiran akan buku-buku Yasin yang disusun secara praktis untuk tahlilan dalam huruf Latin itu dapat melemahkan niatan kaum Muslim (terutama diperkotaan) untuk membaca dan mengkaji al-Qur’an. Apalagi ketika ayat al-Qur’an yang ditulis dalam huruf Latin itu dibaca oleh mereka yang tidak pernah mempelajari al- Qur’an, maka kemungkinan salah eja akan besar sekali. Seperti layaknya berlaku bagi bahasa-bahasa lain, salah eja memungkinkan suatu kata itu menjadi lain artinya atau bahkan tak bermakna. Apa yang dilakukan dalam tahlilan dengan cara seperti itu apakah kemudian menjadi sia-sia. Tidak juga. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang ia niatkan.”. Dari amal shaleh dengan membaca Surah Yasin tadi kita akan mendapatkan pahala. Akan tetapi apabila kita mengikuti Hadits pada awal tulisan ini, kiranya kita kehilangan kesempatan mendapat satu kebaikan dari setiap satu huruf dalam al-Qur’an yang kita baca, dimana satu kebaikan tadi akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat. Maka tidaklah berkelebihan, atas alasan apapun kita patut bersegera akrab dengan al-Qur’an dengan cara membacanya dan memahami isi kandungan ayat-ayatnya. Lain tidak untuk mendapatkan ridha Allah.
KANDUNGAN AL-QUR’AN. Yang dikemukakan di atas barulah sebagian kecil dari barokah Allah yang bakal kita dapat dari membaca dan mengkaji al-Qur’an(Surah Shaad QS 39: 29), karena al-Qur’an mempunyai makna yang lebih dalam kehidupan kita. Ia merupakan petujuk dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana yang penuh godaan ini.
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang berisi firman Allah swt yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, mengandung petunjuk bagi umat manusia. Diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam Surah al-Baqarah QS 2:2 dijelaskan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa, yaitu mereka yang memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.Wahyu pertama al-Qur’an diturunkan pada suatu malam menjelang akhir Ramadhan kepada Nabi Muhammad saw dalam usianya yang ke-empat puluh. Ketika itu beliau tengah melakukan tahannuts (menyendiri) di dalam gua Hira. Datang kepadanya seorang malaikat dalam rupa manusia. Malaikat itu mendekap beliau kemudian melepaskannya dan berkata kepadanya, “Bacalah”. Beliau menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Hal ini dilakukan sampai tiga kali, kemudian malaikat berkata: “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan!” Awal wahyu ini adalah merupakan ayat kesatu dari Surah al-Alaq. Ulama sepakat bahwa wahyu al-Qur’an pertama adalah 5 (lima) ayat pertama surah ini. Allah menciptakan manusia dari segumpal darah. Allah Yang Maha Pemurah mengajarkan dengan pena (tulisan) hal-hal yang diketahui manusia sebelumnya, yakni dengan sarana dan usaha mereka. Dia juga mengajar manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya. Pada awal surah ini Allah memperkenalkan diri sebagai Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Pemurah. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Manakala kita berupaya belajar dan mengkaji al-Qur’an, Allah pasti akan membantu. Namun Allah tahu betul sifat manusia ciptaan-Nya. Oleh karena itu dalam Surah al-Qamar 54: 17; 22; 32; 40 sebanyak empat kali Allah swt memerintahkan kita untuk mempelajari al-Qur’an dengan nada bertanya “Walaqod yassarnaa al qur’ana lildzikri fahal mimmudzakir.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Jadi al-Qur’an telah dibuat mudah sehingga kita tidak mempunyai alasan untuk tidak mampu mempelajarinya. Untuk bisa memahami kandungan al-Qur’an, kita perlu mempelajarinya. Di bagian lain web ini disampaikan mengenai kemudahan mempelajari al Qur’an karena berbagai alasan antara lain bahwa 40% kata bahasa Indonesai berasal dari bahasa Arab. Belajar dimulai dengan membaca dan kemudian mengartikannya (menterjemahkannya dalam bahasa ibu kita). Yang diperlukan kemudian adalah kemauan dan tekad yang kuat dalam memenuhi perintah Allah swt. Wallahu’alam. (Ditulis oleh H. D. Hidajat al Bantaniy)
Selasa, 30 Juni 2009
Keindahan Al-Qur`an Luluhkan Hati Umar
Pada suatu hari, Umar keluar dalam keadaan marah sambil memegang sebilah pedang. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang lelaki dari Bani Zuhrah (paman-paman Nabi dari pihak ibunya).
Lelaki tersebut bertanya kepada Umar, “Hendak pergi kemana kamu, wahai Umar?”
“Pergi ke Muhammad untuk membunuhnya,” jawab Umar.
“Bagaimana kamu bisa aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika kamu membunuh Muhammad?” tanya sang lelaki.
“Tampaknya kamu juga telah meninggalkan agama kaummu dan mengikuti Muhammad!” kata Umar.
“Wahai Umar, yang mengherankan adalah saudara perempuanmu, Fatimah, dan suaminya, Said bin Zaid, karena mereka telah masuk Islam dan mengikuti Muhammad,” ujar laki-laki itu.
Umar segera berjalan menuju ke rumah saudara perempuannya itu. Saat itu, mereka sedang bersama seorang sahahat agung bernama Khabab bin Al-Art. Ketika Khabab bin Al-Art mendengar suara Umar, dia langsung berlari dan bersembunyi di dalam rumah tersebut. Umar berkata, “Suara apa yang aku dengar dari kalian ini!”
“Suara perbincangan di antara kami,” kata Fatimah.
“Apakah kalian berdua telah meninggalkan agama ayah-ayah dan kakek-kakek kalian?”, hardik Umar.
“Wahai Umar, bagaimana jika kebenaran berada di luar agamamu?”, sahut Said.
Umar berdiri dan menuju ke arah Sa’id, lalu dia memukul Sa’id hingga Sa’id pun jatuh ke tanah. Melihat itu, Fatimah berdiri guna membela suaminya. Namun Umar menamparnya dengan kuat hingga darah mengalir dari wajahnya.
Fatimah pun berkata dengan nada marah, “Wahai Umar, kebenaran itu berada pada agama lain selain agamamu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah!”
Ketika Umar melihat darah mengalir dari wajah saudara perempuannya itu, hatinya berubah menjadi lunak. Lalu dia berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian itu!” Saat itu, di tangan mereka berdua terdapat sebuah kitab yang di dalamnya tertulis surat Thaahaa.
Saudara perempuannya berkata, “Sesungguhnya kamu itu najis, dan sesungguhnya al-Qur`an itu tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Maka, berdirilah dan mandilah!”
Umar pun bergegas, lalu dia mandi dan kembali lagi kepada keduanya. Umar adalah orang yang dapat membaca dan menulis. Maka, ia mulai membaca ayat-ayat Allah, “Thaha. Kami tidak menurunkan al-Qur`an ini kepadamu agar kamu menjadi susah,” (Thaahaa: 1-2) sampai ayat, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaahaa: 14)
Umar merasakan keindahan dan keagungan al-Qur`an, dan telah jelas baginya kebenaran dakwah Nabi Muhammad saw. Maka, ia berkata, “Antarkanlah aku kepada Muhammad!”
Setelah Khabab mendengar perkataan Umar ini, ia segera keluar untuk menemui Umar, lalu dia berkata, “Bergembiralah kamu, wahai Umar. Sungguh aku telah mendengar Rasulullah saw pernah berdoa dengan mengucapkan, ‘Ya Allah, muliakanlah Islam melalui salah satu dari kedua Umar ini: Umar bin Khathab dan Amr bin Hisyam.’ Maka, aku berharap kepada Allah agar yang dimaksud salah satu dari kedua Umar itu adalah engkau, wahai Umar.”
Mereka semua keluar untuk menemui Rasulullah saw, hingga akhirnya mereka sampai di Darul Arqam. Saat itu, Hamzah bin Abdul Muthalib, asadullah wa Rasulihi (singa Allah dan Rasul-Nya), sedang di pintu Darul Arqam dengan ditemani oleh sejumlah sahabat. Hamzah adalah orang yang sangat kuat yang kekuatannya sebanding dengan kekuatan Umar ra.
Sebagian sahabat berkata, “Itu Umar!” Setelah mengetahui teman-temannya ketakutan, Hamzah berkata, “Ya, itu adalah Umar. Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri Umar, maka dia akan masuk Islam dan mengikuti Nabi Muhammad saw. Tetapi jika tidak, maka kita akan membunuhnya.” Umar pun masuk untuk menemui Rasulullah. Ketika itu pula, Rasulullah berdiri dan langsung memegang baju Umar seraya bersabda, “Apakah kamu akan masuk Islam, wahai Umar? Ya Allah, muliakanlah Islam melalui Umar bin Khathab.”
Umar bin Khathab berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Kaum muslimin serempak membaca takbir hingga bacaan takbir mereka itu terdengar oleh penduduk Mekkah. Saat itu, Jibril as turun dari langit, lalu ia berkata, “Wahai Muhammad, para penghuni langit bergembira dengan Keislaman Umar ini.” Keislaman Umar ini benar-benar merupakan sebuah kemenangan dan kemuliaan bagi kaum muslimin.
Ketika Umar mengucapkan dua kalimat syahadat, dia mengetahui dari lubuk hatinya yang paling dalam bahwa agama ini adalah agama yang paling kuat, dan bahwa orang yang telah masuk Islam harus menjadi orang yang perkasa, kuat, serta tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah swt. Setelah itu, dia berkata Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada dalam kebenaran jika kita mati ataupun hidup?”
Rasulullah saw menjawab, “Ya, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kalian akan selalu berada dalam kebenaran, jika kalian mati ataupun hidup.”
Umar berkata, “Jika demikian, maka mengapa engkau harus bersembunyi, wahai Rasulullah? Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh kita akan keluar kepada mereka (orang-orang kafir)!”
Orang-orang Islam keluar dalam dua barisan. Barisan pertama dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan barisan kedua dipimpin oleh Umar bin Khathab. Ketika orang-orang musyrik melihat parade ini, dada-dada mereka pun menjadi sesak sementara kesedihan terlihat jelas di wajah mereka. Akan tetapi, tidak ada seorang pun dari mereka yang mampu untuk berdiri guna menghadapi kedua barisan yang di dalam salah satu barisan terdapat Umar, sedangkan di barisan lainnya terdapat Hamzah. Sebuah nama baru pun diberikan kepada Umar, yaitu sebuah nama yang mudah diucapkan oleh lidah semua orang. Sungguh Rasulullah saw telah menamainya dengan “al-Faruq”, yang berarti orang yang membedakan antara yang hak dan yang batil.
Orang-orang Islam, kemudian, bertawaf di Ka’bah dengan dikomandoi oleh al-Faruq, Umar bin Khathab, seorang yang dirinya telah dirubah oleh Islam dan telah dijadikan sebagai salah seorang tokoh yang terpandang dan dikenal dalam sejarah.
Lelaki tersebut bertanya kepada Umar, “Hendak pergi kemana kamu, wahai Umar?”
“Pergi ke Muhammad untuk membunuhnya,” jawab Umar.
“Bagaimana kamu bisa aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika kamu membunuh Muhammad?” tanya sang lelaki.
“Tampaknya kamu juga telah meninggalkan agama kaummu dan mengikuti Muhammad!” kata Umar.
“Wahai Umar, yang mengherankan adalah saudara perempuanmu, Fatimah, dan suaminya, Said bin Zaid, karena mereka telah masuk Islam dan mengikuti Muhammad,” ujar laki-laki itu.
Umar segera berjalan menuju ke rumah saudara perempuannya itu. Saat itu, mereka sedang bersama seorang sahahat agung bernama Khabab bin Al-Art. Ketika Khabab bin Al-Art mendengar suara Umar, dia langsung berlari dan bersembunyi di dalam rumah tersebut. Umar berkata, “Suara apa yang aku dengar dari kalian ini!”
“Suara perbincangan di antara kami,” kata Fatimah.
“Apakah kalian berdua telah meninggalkan agama ayah-ayah dan kakek-kakek kalian?”, hardik Umar.
“Wahai Umar, bagaimana jika kebenaran berada di luar agamamu?”, sahut Said.
Umar berdiri dan menuju ke arah Sa’id, lalu dia memukul Sa’id hingga Sa’id pun jatuh ke tanah. Melihat itu, Fatimah berdiri guna membela suaminya. Namun Umar menamparnya dengan kuat hingga darah mengalir dari wajahnya.
Fatimah pun berkata dengan nada marah, “Wahai Umar, kebenaran itu berada pada agama lain selain agamamu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah!”
Ketika Umar melihat darah mengalir dari wajah saudara perempuannya itu, hatinya berubah menjadi lunak. Lalu dia berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian itu!” Saat itu, di tangan mereka berdua terdapat sebuah kitab yang di dalamnya tertulis surat Thaahaa.
Saudara perempuannya berkata, “Sesungguhnya kamu itu najis, dan sesungguhnya al-Qur`an itu tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Maka, berdirilah dan mandilah!”
Umar pun bergegas, lalu dia mandi dan kembali lagi kepada keduanya. Umar adalah orang yang dapat membaca dan menulis. Maka, ia mulai membaca ayat-ayat Allah, “Thaha. Kami tidak menurunkan al-Qur`an ini kepadamu agar kamu menjadi susah,” (Thaahaa: 1-2) sampai ayat, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaahaa: 14)
Umar merasakan keindahan dan keagungan al-Qur`an, dan telah jelas baginya kebenaran dakwah Nabi Muhammad saw. Maka, ia berkata, “Antarkanlah aku kepada Muhammad!”
Setelah Khabab mendengar perkataan Umar ini, ia segera keluar untuk menemui Umar, lalu dia berkata, “Bergembiralah kamu, wahai Umar. Sungguh aku telah mendengar Rasulullah saw pernah berdoa dengan mengucapkan, ‘Ya Allah, muliakanlah Islam melalui salah satu dari kedua Umar ini: Umar bin Khathab dan Amr bin Hisyam.’ Maka, aku berharap kepada Allah agar yang dimaksud salah satu dari kedua Umar itu adalah engkau, wahai Umar.”
Mereka semua keluar untuk menemui Rasulullah saw, hingga akhirnya mereka sampai di Darul Arqam. Saat itu, Hamzah bin Abdul Muthalib, asadullah wa Rasulihi (singa Allah dan Rasul-Nya), sedang di pintu Darul Arqam dengan ditemani oleh sejumlah sahabat. Hamzah adalah orang yang sangat kuat yang kekuatannya sebanding dengan kekuatan Umar ra.
Sebagian sahabat berkata, “Itu Umar!” Setelah mengetahui teman-temannya ketakutan, Hamzah berkata, “Ya, itu adalah Umar. Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri Umar, maka dia akan masuk Islam dan mengikuti Nabi Muhammad saw. Tetapi jika tidak, maka kita akan membunuhnya.” Umar pun masuk untuk menemui Rasulullah. Ketika itu pula, Rasulullah berdiri dan langsung memegang baju Umar seraya bersabda, “Apakah kamu akan masuk Islam, wahai Umar? Ya Allah, muliakanlah Islam melalui Umar bin Khathab.”
Umar bin Khathab berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Kaum muslimin serempak membaca takbir hingga bacaan takbir mereka itu terdengar oleh penduduk Mekkah. Saat itu, Jibril as turun dari langit, lalu ia berkata, “Wahai Muhammad, para penghuni langit bergembira dengan Keislaman Umar ini.” Keislaman Umar ini benar-benar merupakan sebuah kemenangan dan kemuliaan bagi kaum muslimin.
Ketika Umar mengucapkan dua kalimat syahadat, dia mengetahui dari lubuk hatinya yang paling dalam bahwa agama ini adalah agama yang paling kuat, dan bahwa orang yang telah masuk Islam harus menjadi orang yang perkasa, kuat, serta tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah swt. Setelah itu, dia berkata Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada dalam kebenaran jika kita mati ataupun hidup?”
Rasulullah saw menjawab, “Ya, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kalian akan selalu berada dalam kebenaran, jika kalian mati ataupun hidup.”
Umar berkata, “Jika demikian, maka mengapa engkau harus bersembunyi, wahai Rasulullah? Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh kita akan keluar kepada mereka (orang-orang kafir)!”
Orang-orang Islam keluar dalam dua barisan. Barisan pertama dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan barisan kedua dipimpin oleh Umar bin Khathab. Ketika orang-orang musyrik melihat parade ini, dada-dada mereka pun menjadi sesak sementara kesedihan terlihat jelas di wajah mereka. Akan tetapi, tidak ada seorang pun dari mereka yang mampu untuk berdiri guna menghadapi kedua barisan yang di dalam salah satu barisan terdapat Umar, sedangkan di barisan lainnya terdapat Hamzah. Sebuah nama baru pun diberikan kepada Umar, yaitu sebuah nama yang mudah diucapkan oleh lidah semua orang. Sungguh Rasulullah saw telah menamainya dengan “al-Faruq”, yang berarti orang yang membedakan antara yang hak dan yang batil.
Orang-orang Islam, kemudian, bertawaf di Ka’bah dengan dikomandoi oleh al-Faruq, Umar bin Khathab, seorang yang dirinya telah dirubah oleh Islam dan telah dijadikan sebagai salah seorang tokoh yang terpandang dan dikenal dalam sejarah.
Langganan:
Postingan (Atom)