Kehidupan manusia di dunia bukanlah perjalanan yang tak bertujuan, melainkan perjalanan menuju satu titik tujuan, yaitu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perjalanan manusia di dunia harus lurus ke arah tujuan yang hendak dicapai dan tidak boleh menyimpang darinya. Sebagaimana seorang musafir membutuhkan petunjuk jalan agar dirinya dapat sampai di tempat tujuan, manusia pun memerlukan adanya petunjuk jalan yang akan membimbingnya dalam menggapai dua macam kebahagiaan, yaitu kebahagiaan sementara di dunia dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Dengan petunjuk tersebut, kehidupan manusia akan terarah sehingga dirinya akan sampai di satu titik yang menjadi tujuannya itu dengan selamat.
Sebaliknya, tanpa petunjuk tersebut, dia akan menjadi seperti musafir yang berjalan tanpa tahu arah dan tujuan. Orang seperti ini akan tersesat dan akan terombang-ambing oleh derasnya “ombak” kehidupan dunia hingga tak tahu lagi ke mana dia harus menepi. Akhirnya, dia pun tenggelam ke dalam “lautan” kehidupan dunia yang penuh dengan fatamorgana. Hidupnya hanya sekedar untuk mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi yang bersifat fana`, sehingga meskipun hidupnya penuh dengan berbagai macam kenikmatan atau kesenangan duniawi, akan tetapi dia belum tentu bahagia. Andaikata dengan kenikmatan dan kesenangan duniawi itu dia memang dapat meraih kebahagiaan di dunia, tapi apakah dia dapat meraih kebahagiaan di akhirat? Yang terpikir dalam benaknya hanyalah bagaimana dia dapat hidup senang, meskipun terkadang kesenangan itu diperoleh dengan cara merugikan orang lain atau membuatnya sengsara.
Orang-orang seperti ini sudah tidak sulit dijumpai pada zaman kita sekarang. Hari demi hari, makin banyak orang yang hanya mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi semata. Akibatnya, kejahatan semakin marak, korupsi semakin merajalela, tindakan asusila ada di mana-mana, dan moral masyarakat semakin bobrok. Ironisnya, hal itu juga terjadi di negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan dapat dikatakan sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Semua itu terjadi karena mereka sudah tidak lagi memperhatikan dan mengikuti petunjuk Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Sebagai muslim, kita meyakini bahwa sesuatu yang harus kita jadikan sebagai petunjuk atau pedoman dalam kehidupan di dunia ini adalah al-Qur`an, kitab suci yang diturunkan Allah kepada baginda Nabi Muhammad saw.. Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu`min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. al-Israa` [17]: 9-10)
Sebagai petunjuk, al-Qur`an memuat hal-hal yang dibutuhkan manusia guna meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, baik berupa berita tentang kisah umat-umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran, kabar tentang hal-hal yang akan terjadi di masa-masa mendatang, ataupun hukum-hukum yang mengatur kehidupan manusia. Bila seseorang memperhatikan dengan baik hal-hal tersebut, kemudian dia mengikuti petunjuk-petunjuk al-Qur`an yang berkaitan dengannya, maka dia dijamin tidak akan sesat. Mengenai hal ini, Rasulullah saw. bersabda:
“Di dalamnya (al-Qur`an) terdapat berita tentang hal-hal yang terjadi sebelum (masa) kalian, kabar tentang hal-hal yang akan terjadi setelah (masa) kalian, dan hukum-hukum yang diterapkan di antara kalian. Al-Qur`an merupakan perkataan yang tegas (penuh arti) dan bukan perkataan omong kosong. Barangsiapa yang meninggalkannya karena perasaan sombong yang ada dalam dirinya, maka Allah akan memusuhinya. Barangsiapa yang mencari petunjuk lain selain al-Qur`an, maka Allah akan menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi dan al-Darimi)
Al-Qur`an merupakan penawar bagi hati yang resah, hukum yang adil untuk memecahkan pelbagai persoalan, serta merupakan kata-putus yang tegas yang sama sekali tidak mengandung unsur sendau-gurau. Ia bagaikan pelita yang cahayanya tak kenal pudar, bintang kejora yang kilauan sinarnya tak pernah padam, dan samudera luas yang kedalamannya tak terjajaki.
Sebagai kitab suci yang bersumber dari Dzat Yang Maha Mengetahui, al-Qur`an telah disusun dengan susunan yang sangat rapi, penghubungan antara bagian-bagian awal dengan bagian-bagian akhirnya begitu indah, isyarat-isyaratnya amat cemerlang, dan perpindahannya dari penyampaian kisah-kisah yang menarik menuju pemberian peringatan dan teguran kepada umat manusia sangat menakjubkan. Ia telah dirancang sedemikian rupa sehingga ia memuat dasar-dasar, pokok-pokok atau prinsip-prinsip yang memang dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Bahkan, ada sebagian ulama yang beranggapan bahwa al-Qur`an merupakan sumber segala ilmu, baik ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum. Anggapan mereka itu didasarkan pada firman Allah swt. yang berbunyi:
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab (al-Qur`an).” (QS. al-An’aam [6]: 38)
Mungkin anggapan mereka itu tidaklah berlebihan, karena dalam al-Qur`an memang terdapat penjelasan-penjelasan atau isyarat-isyarat yang berkaitan dengan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan. Hanya saja perlu ditekankan di sini bahwa al-Qur`an diturunkan bukan untuk menjadi kitab (buku) ilmu pengetahuan, melainkan sebagai buku petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS. al-Baqarah [2]: 2). Al-Qur`an-lah yang dapat membimbing manusia ke jalan yang lurus, yang tidak menyimpang, dan yang sesuai dengan arah tujuan. Al-Qur`an-lah yang memberitahukan kepada manusia; mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan lain sebagainya. Al-Qur`an-lah yang memerintahkan manusia untuk mengikuti sosok teladan bagi umat manusia, Nabi Muhammad saw., serta untuk menjauhi langkah-langkah setan yang merupakan musuh yang nyata bagi mereka.
Untuk dapat menjadikan al-Qur`an sebagai petunjuk, tentunya perlu ada upaya perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur`an, pemahaman terhadap makna-maknanya, serta pengungkapan terhadap rahasia-rahasia atau mutiara-mutiara yang terkandung di dalamnya. Untuk itulah, Allah swt. pun memerintahkan manusia untuk merenungi ayat-ayat al-Qur`an dan memahami makna-maknanya. Dia berfirman:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24)
Pada ayat lain, Allah juga berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad [38]: 29)
Perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur`an dan pemahaman terhadap makna-maknanya ini perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong, karena terkadang ada satu ayat yang dijelaskan oleh ayat lain. Perenungan dan pemahaman itu juga harus dilakukan dari berbagai sudut pandang, dengan harapan output yang dihasilkan –paling tidak- dapat mendekati maksud yang dikehendaki Allah swt.. Mengingat al-Qur`an diturunkan dalam bahasa Arab dengan gaya bahasa yang mengandung unsur sastra tinggi, maka untuk dapat memahami al-Qur`an dengan baik, seseorang membutuhkan adanya bantuan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu bahasa, asbabun nuzul, qawa`id tafsir, fikih, dan lain sebagainya. Bahkan terkadang diperlukan bantuan ilmu-ilmu umum, seperti psikologi, sosiologi, ekonomi dan lain sebagainya, tentunya sesuai dengan tema ayat yang akan dibahas. Untuk itu, di kalangan umat Islam ini, harus ada orang-orang tertentu yang memfokuskan perhatiannya pada upaya perenungan dan pemahaman terhadap makna ayat-ayat al-Qur`an. Orang-orang seperti ini diharapkan dapat membantu umat Islam lainnya dalam memahami al-Qur`an, sehingga mereka semua dapat menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan petunjuk al-Qur`an. Wallahu a’lam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda