v Untuk bilangan 3-10, kata benda yang digandengkan dengannya harus dalam bentuk jamak, seperti dapat dilihat pada contoh di atas.
v Bila kata benda tersebut maskulin (mudzakkar), maka kata bilangannya harus feminim (mu`annats), seperti pada kolom sebelah kanan. Sedangkan bila kata bendanya feminim, maka kata bilangannya harus maskulin, seperti pada kolom sebelah kiri. Jadi, harus berlawanan.
v Kata benda tersebut harus dalam bentuk jamak. Karena itu, sebaiknya pelajari kembali cara membuat jamak, baik jamak mudzakkar, jamak mu`annats ataupun jamak taksiir.
Untuk mendownload file pelajaran kelima ini, klik judul tulisan!
Tampilkan postingan dengan label Tutorial Bahasa Arab III. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tutorial Bahasa Arab III. Tampilkan semua postingan
Senin, 23 November 2009
Rabu, 18 November 2009
Ad-Dars Ar-Raabi’ (Pelajaran Keempat) – Level Tiga
v Sekedar mengingatkan kembali, bila dalam metode pembalajaran bahasa Arab ini ada istilah-istilah yang sulit dihafal, maka Anda tidak perlu menghafalnya dalam bahasa Arab. Cukup Anda memahaminya dalam bahasa Indonesia, seperti al-‘adad, cukup mengingatnya dengan istilah bilangan.
v Pembahasan tentang al-’adad (bilangan) merupakan pembahasan yang cukup rumit, karena bilangan 1 – 2 memiliki pola yang berbeda dengan bilangan 3 – 10. Bilangan 3 – 10 memiliki pola yang berbeda dengan bilangan 11 – 12. Bilangan 11 – 12 memiliki pola yang berbeda dengan bilangan 13-99, dan demikian pula seterusnya. Oleh karena itu, untuk lebih mempermudah, pembahasan tentang bilangan tersebut disampaikan dalam beberapa bab.
v Untuk bilangan 1-2, kata yang menunjukkan bilangan (satu atau dua) diletakkan di belakang kata benda dan harus menyesuaikan dengan kata benda tersebut. Bila kata benda tersebut maskulin, maka bilangannya juga maskulin, dan demikian pula sebaliknya, seperti yang dapat dilihat pada tabel (Perhatikan kata yang berwarna merah).
v Khusus untuk bilangan 2, kata yang menunjukkan bilangan boleh disebutkan dan boleh juga tidak, yang penting kata benda yang berada di depannya di tambah huruf alif dan nuun seperti yang pernah kita pelajari pada pelajaran kesepuluh-level dua. Oleh karena itu, pada contoh di atas kata tersebut diberi tanda kurung.
Untuk mendownload file keempat ini, klik judul tulisan!
v Pembahasan tentang al-’adad (bilangan) merupakan pembahasan yang cukup rumit, karena bilangan 1 – 2 memiliki pola yang berbeda dengan bilangan 3 – 10. Bilangan 3 – 10 memiliki pola yang berbeda dengan bilangan 11 – 12. Bilangan 11 – 12 memiliki pola yang berbeda dengan bilangan 13-99, dan demikian pula seterusnya. Oleh karena itu, untuk lebih mempermudah, pembahasan tentang bilangan tersebut disampaikan dalam beberapa bab.
v Untuk bilangan 1-2, kata yang menunjukkan bilangan (satu atau dua) diletakkan di belakang kata benda dan harus menyesuaikan dengan kata benda tersebut. Bila kata benda tersebut maskulin, maka bilangannya juga maskulin, dan demikian pula sebaliknya, seperti yang dapat dilihat pada tabel (Perhatikan kata yang berwarna merah).
v Khusus untuk bilangan 2, kata yang menunjukkan bilangan boleh disebutkan dan boleh juga tidak, yang penting kata benda yang berada di depannya di tambah huruf alif dan nuun seperti yang pernah kita pelajari pada pelajaran kesepuluh-level dua. Oleh karena itu, pada contoh di atas kata tersebut diberi tanda kurung.
Untuk mendownload file keempat ini, klik judul tulisan!
Rabu, 11 November 2009
Ad-Dars Ats-Tsaalits (Pelajaran Ketiga) - Level Tiga
v Pada bagian conversation pelajaran ketiga ini, disebutkan pembicaraan antara seorang guru dengan murid-muridnya. Sementara pada bagian grammer dan translation, kita akan belajar tentang isim maushuul (kata sambung).
v Dalam menyusun sebuah kalimat, terkadang kita membutuhkan satu kata yang digunakan untuk menyambungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Dalam bahasa Arab, kata sambung seperti itu disebut dengan istilah isim maushuul.Biasanya kata ini digunakan di belakang kata benda yang membutuhkan penjelasan.
v Bila kata benda yang ingin dijelaskan itu termasuk kata benda jenis maskulin (laki-laki), maka kata sambung yang digunakan adalah al-ladzii, seperti yang dapat dilihat pada kolom sebelah kanan.
v Tetapi bila kata benda yang ingin dijelaskan adalah kata benda jenis feminim (perempuan), maka kata sambung yang digunakan adalah al-latii, seperti yang dapat dilihat pada kolom sebelah kiri.
Untuk mendownload file ketiga dari level tiga ini, klik di sini!
v Dalam menyusun sebuah kalimat, terkadang kita membutuhkan satu kata yang digunakan untuk menyambungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Dalam bahasa Arab, kata sambung seperti itu disebut dengan istilah isim maushuul.Biasanya kata ini digunakan di belakang kata benda yang membutuhkan penjelasan.
v Bila kata benda yang ingin dijelaskan itu termasuk kata benda jenis maskulin (laki-laki), maka kata sambung yang digunakan adalah al-ladzii, seperti yang dapat dilihat pada kolom sebelah kanan.
v Tetapi bila kata benda yang ingin dijelaskan adalah kata benda jenis feminim (perempuan), maka kata sambung yang digunakan adalah al-latii, seperti yang dapat dilihat pada kolom sebelah kiri.
Untuk mendownload file ketiga dari level tiga ini, klik di sini!
Kamis, 05 November 2009
Ad-Dars Ats-Tsani (Pelajaran Kedua)-Level Tiga
v Pada bagian conversation, kita akan mempelajari percakapan antara seseorang dengan pelayan toko buku. Sementara pada bagian grammer kita akan belajar tentang jamak taksiir (kata jamak irregular).
v Tidak semua kata benda (isim) memiliki bentuk jamak yang beraturan, yaitu dengan menambahkan huruf wawu dan nuun bila maskulin (mudzakkar) atau huruf alif dan taa` bila feminim (mu`annats) – seperti yang telah dijelaskan pada pelajaran kesepuluh level dua. Bahkan banyak sekali kata benda yang bentuk jamaknya tidak beraturan atau tidak memiliki bentuk baku.
v Kata jamak seperti ini dalam bahasa Arab disebut dengan jamak taksiir (irreguler). Bentuk jamak seperti ini lebih sering dijumpai pada kata-kata yang digunakan untuk benda-benda yang tidak berakal.
v Karena tidak memiliki bentuk yang baku, maka sebaiknya bentuk jamak untuk kata-kata tersebut dihapal.
Untuk mendownload pelajaran ini, klik di sini!
v Tidak semua kata benda (isim) memiliki bentuk jamak yang beraturan, yaitu dengan menambahkan huruf wawu dan nuun bila maskulin (mudzakkar) atau huruf alif dan taa` bila feminim (mu`annats) – seperti yang telah dijelaskan pada pelajaran kesepuluh level dua. Bahkan banyak sekali kata benda yang bentuk jamaknya tidak beraturan atau tidak memiliki bentuk baku.
v Kata jamak seperti ini dalam bahasa Arab disebut dengan jamak taksiir (irreguler). Bentuk jamak seperti ini lebih sering dijumpai pada kata-kata yang digunakan untuk benda-benda yang tidak berakal.
v Karena tidak memiliki bentuk yang baku, maka sebaiknya bentuk jamak untuk kata-kata tersebut dihapal.
Untuk mendownload pelajaran ini, klik di sini!
Rabu, 28 Oktober 2009
Ad-Dars Al-Awwal (Pelajaran Kesatu)-Level Tiga
v Pada bagian conversation pelajaran kesatu level tiga ini, kita akan belajar tentang percakapan antara seorang laki-laki Indonesia yang bertemu dengan temannya yang berasal dari Arab Saudi. Sedangkan pada bagian grammer dan translation, kita akan belajar tentang al-jumlah al-fi’liyyah (sebuah kalimat yang diawali dengan kata kerja).
v Bila sebuah kalimat diawali dengan subyek kata benda, maka kata kerja yang menjadi predikatnya harus disesuaikan. Bila subyeknya tunggal, maka predikatnya pun tunggal. Bila dual (dua orang), maka predikatnya pun dual. Bila jamak, maka predikatnya pun jamak, seperti yang dapat dilihat pada kolom sebelah kanan. (Perhatikan kata-kata yang diberi tanda merah)
v Tetapi bila kata kerjanya yang berada di awal kalimat (al-jumlah al-fi’liyyah), maka kata kerja tersebut tidak perlu menyesuaikan dengan subyeknya, tetap dalam bentuk tunggal meskipun subyeknya dual ataupun jamak, seperti dapat dilihat pada kolom sebelah kiri.
Untuk mendownload pelajaran kesatu ini, klik di sini!
v Bila sebuah kalimat diawali dengan subyek kata benda, maka kata kerja yang menjadi predikatnya harus disesuaikan. Bila subyeknya tunggal, maka predikatnya pun tunggal. Bila dual (dua orang), maka predikatnya pun dual. Bila jamak, maka predikatnya pun jamak, seperti yang dapat dilihat pada kolom sebelah kanan. (Perhatikan kata-kata yang diberi tanda merah)
v Tetapi bila kata kerjanya yang berada di awal kalimat (al-jumlah al-fi’liyyah), maka kata kerja tersebut tidak perlu menyesuaikan dengan subyeknya, tetap dalam bentuk tunggal meskipun subyeknya dual ataupun jamak, seperti dapat dilihat pada kolom sebelah kiri.
Untuk mendownload pelajaran kesatu ini, klik di sini!
Langganan:
Postingan (Atom)