Abu Lahab adalah orang yang paling memusuhi Nabi dan isterinya, Khadijah binti Khuwailid. Isteri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb, juga merupakan seorang wanita yang buruk akhlaknya. Al-Qur`an menjulukinya dengan nama Hammaalah Al-Hathab (pembawa kayu bakar), karena dia sangat memusuhi dan membenci beliau. Abu Lahab dan isterinya ingin menyakiti hati Rasulullah. Keduanya memerintahkan kepada kedua anaknya, ‘Utbah dan ‘Utaibah, untuk menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kultsum yang kedua-duanya adalah puteri Rasulullah saw..
Utsman ingin sekali menikah dengan Ruqayyah. Maka, setelah Ruqayyah dicerai oleh suaminya, Utsman pergi kepada Rasulullah saw. untuk meminang Ruqayyah. Rasulullah saw. pun menikahkan Ruqayyah dengan Utsman. Utsman adalah seorang pemuda yang berparas tampan dan berpenampilan menarik. Demikian pula dengan Ruqayyah, dia juga seorang wanita yang berparas cantik dan berpenampilan menarik.
Pernikahan Utsman dengan Ruqayyah merupakan pernikahan yang sangat indah, sehingga para pemudi Mekkah bernyanyi dengan mengatakan:
Sungguh, pasangan terindah yang pernah dilihat oleh manusia #
(Mereka berdua adalah) Ruqayyah dan suaminya, Utsman.
Kebencian orang-orang Quraisy kepada Utsman semakin bertambah setelah pernikahan Utsman dengan Ruqayyah itu. Mereka telah mengetahui betapa besar rasa cinta Utsman kepada Rasulullah saw. dan juga rasa cinta Rasulullah saw. kepada Utsman. Maka, siksaan yang ditujukan kepada Utsman dan isterinya itu pun semakin bertambah. Orang-orang Quraisy memerangi Utsman dengan menghancurkan perdagangannya, hingga akhirnya kota Mekkah terasa semakin sempit bagi Utsman dan Ruqayyah. Maka, Utsman berhijrah ke Habasyah dengan ditemani oleh Ruqayyah.
Nabi saw. melihat kepergiaan Utsman dan Ruqayyah saat mereka berdua hendak berhijrah. Maka beliau bersabda, “Semoga Allah menemani Utsman dan Ruqayyah. Sesungguhnya Utsman adalah orang yang pertama kali berhijrah bersama keluarganya setelah Nabi Luth.”
Akan tetapi, kerinduan Ruqayyah kepada kota Mekkah telah mempercepat kepulangan Utsman dari Habasyah. Sesampainya di Mekkah, mereka berdua mengetahui bahwa Khadijah telah meninggal dunia. Ruqayyah pun bersedih atas kematian ibunya itu. Utsman juga demikian, dia sangat terpengaruh dengan kematian Khadijah. Namun, Allah memberikan ganti kepada keduanya berupa seorang anak kecil yang diberi nama oleh Rasulullah saw dengan nama Abdullah.
Setelah itu, Utsman berhijrah ke Madinah bersama kaum muslimin lainnya. Saat orang yang bertugas untuk mengajak kaum muslimin berjihad berseru, “Wahai kuda Allah, naiklah (ke atas untamu)!”, Utsman sedang berada di samping Ruqayyah yang sedang mengalami sakit parah setelah anaknya, Abdullah, meninggal dunia. Maka, Utsman pun meminta izin kepada Nabi saw. agar dia dapat mendampingi isterinya yang sedang sakit. Rasulullah pun mengizinkannya. Oleh sebab itu, maka Utsman tidak ikut serta dalam peperangan Badar. Akan tetapi, Nabi saw. tetap memberikan kepadanya harta rampasan yang diperoleh dalam peperangan ini, sehingga dia menjadi seperti orang yang ikut serta dalam peperangan tersebut.
Kaum Muslimin kembali dari perang Badar dengan membawa kemenangan. Namun, luapan kegembiraan karena kemenangan ini bercampur dengan air mata kesedihan. Sebab, Ruqayyah binti Rasulullah telah meninggal dunia. Utsman pun kini hidup seorang diri tanpa ada isteri yang mendampinginya. Dulu, dia merupakan menantu Rasulullah saw.. Akan tetapi sekarang, hubungan nasab antara dirinya dengan Rasulullah telah terputus.
Umar pun berkeinginan untuk menikahkan puterinya, Hafshah, dengan Utsman. Tetapi Utsman tidak menerima keinginan Umar itu. Maka, Umar mengadu kepada Nabi saw. Beliau pun bersabda kepada Umar, “Hafshah akan dinikahi oleh orang yang lebih baik daripada Utsman, sementara Utsman akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Hafshah.”
Rasulullah saw. pun, akhirnya, menikahi Hafshah. Sedangkan Utsman dinikahkan oleh Rasulullah saw. dengan Ummu Kultsum yang telah menjadi janda setelah dicerai oleh putera Abu Lahab. Seolah-olah Allah telah menyimpan Ummu Kultsum untuk Utsman hingga dia dapat menjadi isteri Utsman.
Sejak pernikahan Utsman dengan Ummu Kultsum, Utsman pun menjadi Dzu An-Nuurain (orang yang mempunyai dua cahaya). Sebab, dia telah menikah dengan dua puteri Rasulullah saw., dimana tidak ada seorang pun yang menikahi dua puteri Rasulullah saw kecuali Utsman ra.. Ummu Kultsum tetap menjadi isteri Utsman hingga dia meninggal dunia pada tahun ke-9 Hijriyah. Ketika Ummu Kultsum meninggal dunia, Utsman sangat bersedih karena dia tahu bahwa Rasulullah tidak lagi memiliki seorang anak perempuan yang dapat dinikahinya. Maka, Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan aku mempunyai puteri yang ketiga, niscaya aku akan menikahkannya dengan Utsman.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda