Minggu, 06 September 2009

Kisah Alqamah: Bahaya Durhaka Kepada Ibu

‘Alqamah adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, yang taat, wara’ kuat beribadah dan rajin pula berderma. Ibunya masih hidup; rupanya beliau ini setelah berumah tangga, kurang memerhatikan ibunya. Karena itu, terpaksalah sang Ibu mondok sendirian, dan hal ini berlalu beberapa lama, sedang sang ibu belum juga mendapat santunannya menurut semestinya. Maka akibat dari pada itu, sang ibunda beliau agak kecewa dan berhati kecil terhadap anaknya ‘Alqamah yang kurang memeperhatikan dirinya itu.

Akhirnya pada suatu hari, ‘Alqamah jatuh sakit keras sehingga sanak saudara kaum familinya telah memenuhi rumahnya. Hanya Ibunya yang belum hadir. Sementara Alqamah dalam keadaan sakaratul maut, maka di antara yang hadir menalqinkan kalimat tauhid; LA ILAAHA ILLALLAH. Namun beliau tidak dapat mengikutinya, dan hal itu di ulang berkali-kali, namun ‘Alqamah belum juga dapat menirukannya, malah mulutnya tertutup dan ia membungkam seribu bahasa, hanya kelihatan susah dan gelisah dengan matanya yang membelalak kemabukan, seakan-akan ia minta tolong. Semua sahabat handaitolannya keheran-heranan, sebab mereka tahu benar bahwa ‘Alqamah ini seorang sahabat Nabi yang taat dan wara’, dan menurut mereka ia adalah teladan yang baik dicontoh selama hayatnya. Maka dari itu merekapun bingung sambil saling berbisik-bisik tanya menanya, mengapa beliau ini demikian, padahal ia adalah seorang sahabat Nabi yang shaleh.

Sementara itu, sebahagian sahabat yang hadir segera melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah Saw., dan baginda mengutus beberapa sahabat pula untuk menjenguk ‘Alqamah dan melihat keadaan ‘Alqamah dari dekat, serta mencoba menalqinkan kalimat TAUHID lagi. Namun sesampainya mereka ditempat pembaringan Alqamah dan setekah mencoba menalqinkan kalimah Tauhid itu, perobahan Alqamah tidak ada sama sekali, malah nampaknya tambah gelisah dan tambah menakutkan pula.

Akhirnya dijemputlah Rasulullah Saw., dan beliaupun hadir di depan ‘Alqamah sahabat beliau yang setia itu. Dengan hati yang cemas penuh kasih sayang, Baginda menalqinkan kalimah tauhid, tetapi sayang seribu sayang ‘Alqamah dari pada mengikut, malah ia menggelengkan kepalanya. Nabipun tertegun dan kemudian menayakan pada hadirin, “Apakah Alqamah ini masih mempunyai Ibu kandung?” Hadirin ada yang menjawab “Masih ada”. Kemudian Beliau bertanya, “Di mana Ibu itu?” Istrinya menjawab, “Di sana, di dusun itu. Dia mondok sendirian, ya Rasulullah.”

Maka Rasulullah minta hadirkan Ibundanya itu. Setelah tiba, Nabipun lalu menanyakan kepadanya tentang hal ihwal Alqamah.

Dalam dialog itu ternyata sang Ibu ini ada berkecil hati atas sebahagian tindakan anaknya ini pada dirinya, setelah ia berumah tangga dan sampai detik ini, ia belum suka memaafkannya, meskipun Nabi sendiri telah memintanya.

Maka Nabi kita akhirnya memerintah para sahabat dan hadirin untuk mengumpulkan kayu api unggun dan minyaknya, tatkala itu sebahagian bertanya, buat apa ya Rasulullah, nabi menjawab dengan nada tegas : “Untuk membakar Alqamah ini, sebab lebih baik kita bakar sekarang saja bulat bulat dari pada kelak dibakar juga dalam api neraka jahannam.”

Mendengar putusan Nabi itu, Ibu kandung Alqamah tidak tega, bila anak kandungnya itu sampai dipanggang di matanya sendiri. Dari itu ia segera mendapatkan Nabi dan berkata “Wahai junjungan alam, janganlah dibakar anakku ini, biarlah kumaafkan segala kesalahannya itu dan aku relakan segala pengorbananku untuknya. Sembari ia naik saksi bahwa: Aku mengakui bahwa tiada Tuhan selain dari pada Allah, dan aku mengakui bahwa Muhammad benar benar Rasul-Nya. Dan untuk hadirin aku bersaksi bahwa benar benar anakku Alqamah ini, segala kesalahannya telah kumaafkan dan telah kurelakan.

Saat itu Nabi menyuruh sahabat untuk melihat Alqamah, ternyata sedang menarik nafasnya yang terakhir sambil mengucapkan kalimat tauhid, dengan muka yang jernih dan mata yang sayu memandang dengan bibir yang tersenyum : tersungging di bibir itu kalimat Thaiyibah :
لآاِلـهَ اِلاَّاللهُ

Ia kembali dengan tenang dan wajah berseri seri.

إِنَّاِلله وَإِنَّاإِلَيْـهِ رَاجِعُوْنَ

Alqamah telah kembali ke Rahmatullah dengan tenang.

Demikian satu contoh yang dapat kita ambil I’tibar betapa besar nilai Ibu bapak dalam diri sang anak kandungnya. Benar benar Maha Agunglah Allah dan Maha Pengampun.

(Diambil dari buku “Tanggung Jawab Keluarga” karya Buya Usman Husni/Pendiri Ponpes Al-Husna)

Download buku “Tanggung Jawab Keluarga”, klik:

http://www.ziddu.com/download/6285313/TanggungJawabKeluarga.zip.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda