Suatu hari, Nabi Sulaiman as. mengadakan perjalanan (untuk berperang) bersama seluruh pasukannya, baik dari kalangan manusia, jin, burung ataupun binatang buas. “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’ Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: ‘Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.’” (QS. An-Naml [27]: 18-19)
Nabi Sulaiman as. dapat memahami perkataan semut tersebut kepada saudara-saudaranya. Sungguh ini adalah sebuah karunia khusus yang belum pernah dikaruniakan Allah swt. kepada seorangpun. Maka, beliau pun memohon kepada Tuhannya agar dirinya diberi ilham dan petunjuk serta dibantu untuk selalu mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya dan juga kepada ibu bapaknya. Lalu beliau berharap agar dirinya selalu diberi petunjuk untuk melakukan amal yang shaleh dan diterima Allah. Kemudian beliau memohon kepada Allah agar dirinya dibangkitkan (pada hari kiamat nanti) bersama golongan hamba-hamba-Nya yang shaleh, mematikan dirinya dalam keadaan tetap berada pada jalan dan jejak orang-orang yang shaleh, serta menggabungkan dirinya bersama mereka di dalam surga-Nya dan naungan rahmat-Nya. Ini merupakan doa yang mengandung permohonan agar seseorang diwafatkan dalam keadaan khusnul khatimah. Doa Nabi Sulaiman as. ini mengandung tiga macam pengharapan:
Pertama: Pengharapan agar dirinya dibantu untuk selalu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya dan juga kepada kedua orangtuanya. Di sini, Nabi Sulaiman as. tidak merasa cukup hanya dengan meminta bantuan agar dirinya selalu mensyukuri nikmat-nikmat yang khusus diberikan kepada dirinya saja. Hal ini disebabkan karena nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kedua orangtua beliau juga akan sampai kepada dirinya (dirasakan olehnya). Ini menunjukkan bahwa beliau termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sempurna rasa syukurnya kepada Allah.
Kedua: Pengharapan agar dirinya dapat melakukan amal shaleh yang diridhai Allah, karena terkadang ada perbuatan yang termasuk katagori amal shaleh tetapi ternyata perbuatan tersebut tidak diridhai Allah karena ia tidak dilakukan dengan ikhlas atau tidak berdasarkan sunnah (aturan) para nabi. Dalam pengharapan seperti itu terkandung pengingkaran terhadap bid’ah dan para pelaku bid’ah.
Ketiga: Pengharapan agar dirinya mendapatkan kedudukan atau derajat orang-orang yang dekat (dengan Allah), orang-orang yang lebih dulu (segera) melakukan kebaikan dan orang-orang pilihan (yang terbaik). Sungguh Allah swt. telah mengaruniakan kepada Nabi Sulaiman as. apa yang beliau inginkan. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda