Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani rahimahullaah berkata:
Aku menemukan jati diriku sejak aku tumbuh dewasa dalam suasana penuh kejujuran, yaitu ketika aku keluar dari Mekkah ke Baghdad dengan tujuan untuk mencari ilmu. Saat itu, ibuku memberiku 40 dinar untuk biaya hidupku, lalu dia menyuruhku berjanji untuk selalu jujur.
Ketika kami sampai di daerah Hamdan, segerombolan perampok mencegat kami, lalu mereka mengambil barang-barang milik rombongan kami. Ketika salah seorang di antara mereka lewat di depanku, dia berkata kepadaku: "Apa yang kamu bawa, wahai anak muda?" Aku menjawab: "40 dinar." Dia menyangka aku telah membohonginya, maka dia pun meninggalkanku begitu saja.
Seorang laki-laki lain berkata: "Apa yang kamu bawa, wahai anak muda?" Aku memberitahukan kepadanya tentang apa yang aku bawa. Dia pun mengajakku untuk menghadap pimpinan mereka. Ketika pimpinan mereka itu bertanya kepadamu, aku juga memberitahukan hal yang sama. Dia bertanya: "Apa yang membuatmu berkata jujur?"
"Ibuku telah menyuruhku berjanji untuk selalu jujur, karena itu aku takut mengkhianati perjanjianku dengannya itu," jawabku.
Mendengar jawabanku, pimpinan rombongan perampok itu berteriak, lalu dia berkata: "Kamu takut mengkhianati perjanjianmu dengan ibumu, sementara diriku tidak takut mengkhianati perjanjianku dengan Allah!!" Dia pun menyuruh semua anak buahnya untuk mengembalikan apa yang telah mereka ambil dari rombongan kami, lalu dia berkata: "Aku bertaubat kepada Allah melalui perantaraanmu, wahai anak muda!"
Orang-orang yang tergabung dalam rombongannya pun berkata: "Dulu kamu adalah pemimpin kami dalam melakukan perampokan, dan hari ini kamu menjadi pemimpin kami dalam bertaubat kepada Allah." Akhirnya, mereka semua pun bertaubat kepada Allah berkat kejujuran Syeikh Abdul Qodir itu.
Mudah-mudahan kita semua dan juga para pemimpin kita dapat menjaga kejujuran yang sangat tinggi nilainya itu. Amiin ya Rabbal Alamiin.
Subhanallah ustad,sebuah hikmah yg sangat luar biasa..pemimpin perampok saja bisa bertaubat diikuti seluruh anggotanya..mungkinkah pemimpin pengemban amanah rakyat kt(ketua dpr mpr) bisa menyadarkan anggota2nya yg sebagian besar "perampok berjas" itu?mudah2an..
BalasHapusSent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Menurut saya di Indonesia ini dlm acara2 maulid Nabi atau peringatan keagamaan lainnya lebih ditonjolkan "pesta makan2 minum2 dan segala jor2an" yg bersifat riya daripada mengambil hikmah teladan kehidupan/ akhlaqul karimah Rasulullah dan para shahabatnya. Oleh karena itu acara tersebut jadinya "bid'ah". Pesta2 itulah salah effek buruk yang menjadi "teladan" generasi muda dari senior2 mereka. Terima kasih moga2 jadi urun rembug. Jazakallah. Mahdi Hasjmy.
BalasHapusPowered by Telkomsel BlackBerry