Rabu, 13 Januari 2010

Aku Menangis Karena Tidak Dapat Mendengar Teriakan Orang Yang Terzhalimi

Abu Ja’far Al-Manshur termasuk salah seorang khalifah di kalangan Bani Abbasiyah yang memiliki keberanian paling besar, kekuatan paling dahsyat, serta paling pintar dalam mengendalikan kekuasaan dan mengatur urusan-urusan rakyatnya. Selain itu, dia adalah seorang yang memiliki komitmen keagamaan dan ketakwaan yang tinggi. Seandainya bukan karena adanya sejumlah kesalahan yang telah dilakukannya, yang berhasil dicatat oleh para peneliti (yang obyektif), niscaya dia termasuk ke dalam golongan khalifah yang paling agung.

Pada salah satu tahun, Khalifah Al-Manshur menunaikan ibadah haji. Ketika dia melakukan thawaf di Baitullah di malam hari, dimana pada saat itu orang-orang sedang tidur, dia mendengar (suara) seorang laki-laki yang sedang berdoa kepada Allah dengan penuh kekhusyuan dan kerendahan hati. Laki-laki itu mengucapkan: “Ya Allah, sesungguhnya aku mengadukan kepada-Mu tentang munculnya kezhaliman, kerusakan di muka bumi dan kerakusan yang sering menjadi penghalang antara kebenaran dengan orang-orang yang mencintainya.” Mendengar itu, Khalifah Al-Manshur segera menghampiri laki-laki tersebut, lalu dia bertanya kepadanya tentang apa yang baru saja didengarnya. Laki-laki itu pun menjawab: “Engkau adalah orang yang menyebabkan munculnya kerusakan dan kezhaliman itu, serta orang yang dirinya telah dirasuki oleh kerakusan.”

Sang Khalifah menimpali: “Bagaimana mungkin kerakusan merasuk ke dalam diriku, sementara setiap apa yang aku inginkan ada dalam genggaman tanganku (selalu terwujud)?” Laki-laki itu menjawab: “Apakah ada seseorang yang dirinya lebih banyak dirasuki oleh kerakusan daripada dirimu, wahai Amirul Mukminin? Sesungguhnya Allah telah menyerahkan kepadamu urusan-urusan dan harta kaum Muslimin, tetapi engkau malah menutup urusan-urusan mereka (tidak menanganinya dengan baik) dan berambisi untuk mengumpulkan harta-harta mereka. Lalu engkau membuat tabir yang membatasi antara dirimu dengan mereka. Engkau juga mengangkat para menteri dan pembantu yang tidak baik; dimana jika engkau lupa maka mereka tidak mau mengingatkanmu, dan jika engkau hendak melakukan kebaikan maka mereka tidak menolong (mendukung)mu. Engkau telah memberikan dukungan kepada mereka dalam menzhalimi orang-orang, baik dengan menggunakan harta, tenaga orang-orang (pasukan) maupun senjata.

Engkau juga menyuruh mereka agar tidak ada yang bisa menemuimu kecuali Fulan dan Fulan. Engkau tidak menyuruh mereka untuk menjalin hubungan dengan orang yang dizhalimi, orang yang lemah, orang yang kelaparan dan orang yang tidak memiliki pakaian. Ketahuilah bahwa tidak ada seorangpun (di antara mereka) kecuali pada harta-hartamu terdapat hak untuknya. Ketika para menteri dan pembantumu melihatmu menahan harta dan tidak membagikannya (kepada orang-orang yang membutuhkan), mereka pun berkata: ‘Sang Khalifah saja telah mengkhianati Allah, maka mengapa kita tidak ikut mengkhianati-Nya.’ Mereka sepakat untuk menyembunyikan urusan-urusan (hal ihwal) rakyat darimu kecuali apa yang mereka inginkan saja.

Tidak ada seorang pegawai pun yang tidak mematuhi mereka kecuali mereka akan mengucilkannya. Ketika berita mengenai hal itu telah tersebar luas di kalangan masyarakat, orang-orang pun merasa takut kepada mereka. Kemudian para pegawaimu memberikan kepada mereka sejumlah hadiah dan harta dengan tujuan agar dirinya mendapatkan kebebasan untuk melakukan kezhaliman. Orang-orang yang memiliki harta dan kekuatan di kalangan rakyatmu juga melakukan hal yang sama dengan tujuan agar dirinya dapat berbuat sewenang-wenang terhadap orang-orang yang lebih lemah. Akhirnya, bumi Allah ini pun dipenuhi oleh kezhaliman dan kerusakan.

Orang-orang seperti itu (maksudnya para menteri dan pembantumu) telah menjadi partnermu dalam mengendalikan kekuasaan, sementara engkau sendiri tidak menyadari akan hal itu. Jika ada salah seorang di antara rakyatmu datang guna meminta pertolongan kepadamu, mereka pun berusaha untuk menghalang-halanginya agar dia tidak dapat bertemu denganmu. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, tidak ada satu kezhaliman pun yang diadukan (dilaporkan) kecuali khalifah (yang berkuasa) akan mengetahuinya, lalu dia akan segera membantu orang yang dizhalimi. Konon, pernah ada seorang laki-laki yang berangkat dari tempat yang paling jauh hingga akhirnya dia sampai di depan pintu rumah penguasa mereka (guna mengadukan kezhaliman yang menimpanya), maka penguasa yang berkuasa pada saat itu pun segera menegakkan keadilan untuknya.

Suatu ketika, aku pernah bepergian ke negeri Cina. Di sana, aku melihat penguasa negeri itu sedang menangis karena satu musibah yang menimpanya, yang menyebabkan pendengarannya tidak berfungsi lagi. Salah seorang menterinya bertanya kepadanya: ‘Mengapa engkau menangis, wahai Paduka? Apa yang menyebabkan kedua matamu meneteskan air mata?’

Sang penguasa itu menjawab: ‘Aku tidak menangis karena musibah yang baru saja menimpaku, tetapi aku menangis karena aku tidak dapat lagi mendengar teriakan orang yang dizhalimi. Akan tetapi, walaupun pendengaranku sudah tidak berfungsi lagi, (aku masih bersyukur karena) penglihatanku masih normal.’ Dia pun memerintahkan para pembantu (menteri)nya untuk memberikan pengumuman kepada seluruh rakyat, agar tidak ada yang memakai pakaian yang berwarna merah kecuali orang yang dizhalimi. Setelah itu, dia menaiki seekor gajah pada siang hari dan berkeliling menyelusuri jalan-jalan (yang ada di negerinya) dengan maksud agar dia dapat melihat orang yang dizhalimi, sehingga dia dapat menolongnya.

Wahai Amirul Mukminin, Sang Penguasa itu adalah orang yang menyekutukan Allah, sementara engkau adalah orang yang beriman kepada-Nya dan merupakan keturunan para Nabi-Nya (Abbas bin Abdul Muthalib). Tetapi mengapa engkau melakukan hal seperti itu? Apa yang akan engkau perbuat di hadapan Sang Raja yang telah mengaruniakan kepadamu kekuasaan di dunia, padahal Dia mengetahui semua hal yang ada pada dirimu, termasuk hal-hal yang engkau sembunyikan? Apa yang akan engkau katakan ketika semua kenikmatan duniawi telah dicabut dari dirimu, lalu Sang Raja itu memanggilmu untuk menjalani proses perhitungan amal? Apakah hal-hal yang telah engkau perbuat selama ini dapat bermanfaat bagimu pada saat itu?”

Mendengar penjelasan itu, Khalifah Al-Manshur pun menangis hingga suaranya terdengar sangat keras. Kemudian dia berkata: “Aduhai, seandainya aku tidak diciptakan (sebagai manusia) dan seandainya aku tidak menjadi apa-apa!”

Laki-laki itu berkata: “Engkau harus mendekati para imam yang pandai memberi nasehat!” Khalifah Al-Manshur bertanya: “Siapakah mereka itu?” Laki-laki itu menjawab: “Mereka adalah para ulama yang bertakwa.” Khalifah Al-Manshur berkata: “Mereka telah lari dariku!” Laki-laki itu berkata: “Mereka melarikan diri darimu karena mereka khawatir engkau akan melibatkan mereka dalam dosa-dosa yang engkau lakukan. Karena itu, bukalah pintu-pintumu, angkatlah tabir-tabir penutup (antara dirimu dengan rakyatmu), tolonglah dan lindungilah orang yang dizhalimi, ambillah harta yang baik dan bagikanlah harta itu kepada rakyatmu secara adil. Jika engkau melakukan hal itu, maka aku jamin mereka pasti akan kembali dari tempat pelariannya guna mendatangimu, lalu mereka akan membantumu dalam memperbaiki kondisimu dan juga kondisi rakyatmu.”

Sang Khalifah berkata: “Ya Allah, berikanlah kepadaku taufik (petunjuk dan kemampuan) untuk melakukan apa yang telah dikatakan oleh laki-laki ini.” Kemudian Sang Khalifah menunduk guna mencium laki-laki tersebut.

***

Dikutip dari buku: Tsalaatsu Mi`ah Qishshah Wa Qishshah Min Hayaat Ash-Shaalihiin (301 Kisah Orang Shaleh) karya Dr. Musthafa Murad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda