Allah swt. mengutus Rasul-Nya yang bernama Yunus kepada penduduk Nainuni di negeri Moushol, Irak. Nabi Yunus mengajak mereka untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, tetapi mereka mendustakan beliau dan mendurhakai perintahnya. Maka, beliau pergi kepada Tuhannya dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Beliau naik sebuah bahtera di laut. Bahtera itu membawa mereka (para penumpangnya), tetapi (di tengah perjalanan), bahtera itu tergoncang hingga mereka semua hampir tenggelam. Mereka pun bermusyawarah, lalu mereka sepakat untuk mengadakan undian. Barangsiapa yang namanya keluar dalam undian itu, maka dia harus menceburkan diri ke dalam laut hingga semua orang yang ada di atas bahtera itu dapat selamat. Ternyata, nama yang keluar dalam undian itu adalah nama Rasulullah Yunus as., maka beliau terpaksa menceburkan dirinya ke laut.
Tidak lama kemudian, beliau ditelan oleh seekor ikan besar. Lalu Tuhan memerintahkan kepada ikan itu untuk tidak memakan daging Nabi Yunus sedikitpun dan tidak meremukkan satupun di antara tulang-tulangnya. Ketika Nabi Yunus telah berada di dalam perut ikan, lalu beliau meyakini bahwa dirinya masih hidup, beliau pun berseru di dalam sejumlah kegelapan; yaitu kegelapan perut ikan, kegelapan laut dan kegelapan malam: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Anbiyaa` [21]: 87) Maksudnya: Tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kecuali Engkau, tidak ada yang dapat memberikan perlindungan kecuali Engkau, tidak ada yang dapat menyelamatkan diriku dari masalah yang sedang aku hadapi kecuali Engkau, tidak ada yang dapat menjauhkanku dari musibah ini kecuali Engkau, tidak ada yang dapat melapangkanku dari kesulitan yang aku hadapi kecuali Engkau, tidak ada yang dapat mengabulkan doaku kecuali Engkau, tidak ada yang dapat menghilangkan kesedihanku kecuali Engkau, tidak ada yang dapat memalingkanku dari kesusahanku kecuali Engkau, dan tidak ada yang menemaniku di dalam perut ikan ini kecuali Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh Engkau Suci (Bersih) dari kezhaliman dan perbuatan yang sia-sia. Maha Suci Engkau, keburukan tidaklah pantas dinisbatkan kepada-Mu. Maha Suci Engkau, sungguh tidaklah pantas dikatakan kepada-Mu kecuali hal-hal yang baik.
Nabi Yunus as., kemudian, mensifati dirinya dengan mengatakan bahwa dirinya memiliki kekurangan dan telah melakukan kesalahan. Ini merupakan etika seorang nabi; Meskipun beliau sebenarnya tidak melakukan satu kesalahan atau dosa, namun seperti yang dikatakan dalam sebuah pepatah: “Kebaikan orang-orang yang baik (pada umumnya) adalah sebuah keburukan bagi orang-orang yang dekat (dengan Allah).”
Bagi orang-orang yang (berjiwa) besar, dosa-dosa kecil dianggapnya sebagai dosa-dosa besar #
Sementara bagi orang-orang yang (berjiwa) kecil, dosa-dosa besar dianggapnya sebagai dosa-dosa kecil.
Allah swt. pun mengabulkan doa Nabi Yunus as., memberikan kepadanya apa yang beliau minta, dan Allah tidak mengecewakannya. Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian, maka ia ditelah oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 139-144)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar Anda