Dikisahkan bahwa ada seorang wanita badui yang dilamar oleh seorang pemuda. Dia sangat kagum terhadap ketampanan pemuda tersebut. Karena itu, dia pun tidak peduli lagi terhadap akhlak dan perilaku pemuda tersebut. Ketika ayahnya menasehatinya dengan mengatakan bahwa pemuda itu bukanlah orang yang shaleh (baik), dia pun tidak senang dengan nasehat itu. Bahkan, dia memastikan bahwa dirinya tidak mau menerima dan menolak nasehat ayahnya itu. Akhirnya, dia menikah dengan pemuda tersebut.
Sebulan setelah pernikahannya, sang ayah berkunjung ke rumahnya. Ketika itu, sang ayah melihat pada tubuh wanita itu terdapat tanda-tanda bekas pukulan yang dilakukan oleh suaminya. Sang ayah pura-pura tidak tahu, lalu dia bertanya kepadanya: “Bagaimana kabarmu, wahai puteriku?” Sang anak pun pura-pura memperlihatkan perasaan senang (bahagia). Tetapi kemudian sang ayah bertanya kepadanya: “Lalu tanda-tanda bekas pukulan apa yang ada di tubuhmu itu?” Mendengar itu, sang anak langsung menangis dan meratap dalam waktu yang cukup lama, kemudian dia berkata: “Wahai ayahku, apa yang harus aku katakan kepadamu? Sungguh aku tidak mematuhi perkataanmu dan aku telah memilih dia (suamiku) tanpa memperhatikan akhlak dan sikap baiknya terlebih dahulu.” (Footnote: Tuhfah Al-‘Aruus, hal. 77.)
yupz setuju
BalasHapusyupz setuju ,,,,,,,,
BalasHapus