Sabtu, 13 Juni 2009

Akrablah Dengan Al-Qur`an (2)

Keprihatinan Yayasan Wakaf Al Qur’an akan masih kurangnya al Quran untuk memenuhi kebutuhan madrasah, masjid dan pondok pesantren nampaknya tidak sendirian, ternyata suatu Yayasan penyedia al Qur’an braille juga mengkhawatirkan kurangnya perhatian umat terhadap kebutuhan kira-kira 1,5 juta ikhwan muslim tuna netra yang tercatat di seantero Nusantara. Mereka memerlukan dan mendambakan hadirnya al Qur’an braille dalam kehidupan mereka dan dalam upaya mereka untuk memperdalam ilmu yang terkandung dalam al Qur’an. Semangat ikhwan tuna netra ini patut kita teladani. Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa amat besar perhatian berbagai kalangan terhadap al-Qur’an, dan hal itu tercermin dari upaya-upaya mulia mereka melalui badan-badan sosial seperti yayasan tersebut. Upaya-upaya itu berkontribusi dalam melestarikan keberadaan al Qur’an di masyarakat. Kecenderungan ini pastilah didasari oleh suatu alasan yang kuat bahwa al Qur’an dapat membentuk dan menjaga kepribadian seseorang menjadi insan yang berakhlakul kharimah. Semua perilaku manusia dengan berbagai perbedaan perangai itu dapat dibina melalui pengetahuannya yang tammah terhadap kandungan al Qur’an karena sejatinya semua aspek kehidupan yang dijalani manusia diatur dengan seksama di dalam al Qur’an.

Apabila kita takar kadar keimanan dan pengetahuan tentang tauhid maka akan terdapat korelasi antara pemahaman kandungan al Qur’an dengan perilaku seseorang di dalam masyarakat. Sekarang, marilah kita lihat peta pemahaman al Qur’an di masyarakat. Rasulullah saw telah bersabda:


كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِه

“Setiap anak yang dilahirkan, berada dalam keadaan suci (Islam), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Daud)

Mayoritas umat Islam terlahir sebagai muslim sejak lahir. Peranan orang tua atau keluarga sangat besar dalam membentuk ke-Islam-an seseorang. Dewasa ini hampir dapat dipastikan populasi umat muslim yang paham akan kandungan al Qur’an sangat sedikit yaitu berbanding lurus dengan akses yang terbatas dalam menempuh pendidikan. Amat boleh jadi semula berawal dari faktor kemiskinan. Kemiskinan hampir tidak menyisakan peluang untuk mengenyam pendidikan, lebih jauh lagi adalah pendidikan Islam. Nilai-nilai agama berupa tauhid dan keimanan yang melahirkan takwa kepada seseorang hanya didapat dari kegiatan ritual dasar seperti shalat dan puasa belaka. Kiranya kadar keimanan seperti itu tidak cukup untuk melawan godaan yang berlaku di masyarakat materialistis seperti yang dijumpai sekarang. Tayangan tv telah masuk ke ruang-ruang keluarga dan memamerkan gemerlapnya pesta-pesta musik, mobil mewah, rumah-rumah mewah yang dipertontonkan dalam sinetron membentuk pola pikir konsumerisme. Bagaimana apabila yang menonton adalah keluarga yang kurang berkecukupan? Apa yang dipertontonkan setiap hari amat mudah merasuk ke dalam pikiran bawah sadar yang mungkin dapat mendorong seseorang untuk untuk korupsi, merampok dan hal-hal negatif lainnya yang bisa dipikirkan manusia.

Kebobrokan perangai manusia berkembang misalnya dalam bentuk-bentuk pembunuhan yang disertai mutilasi, pembunuhan berantai, penganiyaan, dan lain sebagainya yang kita dijumpai sehari-hari dalam kehidupan yang konon beranjak modern ini. Belum terhitung aliran2 sesat yang diindoktrinasikan kepada umat yang kurang pengetahuan tentang Islam. Keadaan ini menjadi teramat kompleks apabila tidak segera ditangani dengan cara-cara Islami. Yang bisa menolong keadaan ini hanyalah adanya sarana bagi mereka terhadap pemahaman al Qur’an yang bisa membentengi iman terhadap goda’an dunia. Dan percayalah, selalu saja pasti keadaan ini dapat diatasi asal saja dilandasi dengan keimanan terhadap al Qur’an.

Al Qur’an mengatur seluruh perilaku dan tata kehidupan sosial manusia agar selalu berada lurus dalam hidayah-Nya antara lain seperti hal-hal berikut ini;

Mengenai Keimanan kepada Allah al Khaliq Surah al-Anbiya 21:30; mengenai Perkawinan Surah Al-Baqarah QS 2:221; mengenai Ilmu Pengetahuan Surah ar-Rahman 55:19-20; mengenai Adab Silaturahim Surah an-Nur QS 24:27; Surah al Hujurat QS 4-5; mengenai Utang Piutang Surah al Baqarah 2:282; mengenai Riba Surah al Baqarah 2:275; mengenai Makanan Surah al Maidah QS 5:3 dan juga Surah al An-am QS 6:145 dan mengenai semua aspek kehidupan manusia.

Sedikit gambaran tentang pergeseran penganut Islam. Dari sebuah millis diwartakan bahwa penganut Islam di Eropa dalam kurun waktu 1934-1984 berkembang naik menjadi 235%. Agama Nasrani sudah semakin tidak menarik di negeri-negeri maju, bahkan gereja yang dijual bisa jadi karena kurangnya pengunjung. Sebagian besar dari mereka bisa jadi beralih ke agama Islam. Kecenderungan pergeseran penganut Nasrani ke Islam juga bisa jadi disebabkan kemajuan cara berpikir dan pendidikan di negeri-negeri maju. Orang non-Islam yang berpendidikan tinggi yang secara serius, rendah hati dan tulus mencari kebenaran akhirnya menghadapi dilema dimana Kristen dan Katolik tidak bisa menjawab pencarian mereka.

Namun hal sebaliknya telah terjadi di Indonesia. Hasil riset Yayasan Al Atsar Al-Islam (Magelang) menunjukkan bahwa mulai tahun 1999-2000 Kristen dan Khatolik di Jateng telah meningkat dari 1-5 % diawal tahun 1990, kini naik drastis 20-25% dari total jumlah penduduk Indonesia. Laporan Riset Majelis Agama Waligereja Indonesia, mengatakan bahwa sejak tahun 1980-an setiap tahunnya laju pertumbuhan umat Khatolik: 4,6%, Protestan 4,5%, Hindu 3,3%, Budha 3,1% dan ISLAM HANYA 2,75%. Dan data Global Evangelization Movement mencatat pertumbuhan umat Kristen di Indonesia telah mencapai lebih 19 % dari total 210 jumlah penduduk Indonesia.

Beberapa kemungkinan penyebab berkembang pesatnya Nasrani di Indonesia masih menurut riset ini adalah hasil kerja keras para misionaris yang melakukan kegiatannya dengan dukungan dana yang besar serta bantuan internasional. Mereka tidak lagi mampu ‘menjual’ agama mereka di negerinya sendiri. Namun kemungkinan lain bisa jadi kemiskinan dan kebodohan membuat umat Islam mudah menjadi Kufur / Kafir, seperti disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Pemurtadan umumnya sukses terjadi di kantong-kantong penduduk miskin yang terdapat baik di pedesaan maupun di perkotaan. Ditempat-tempat seperti inilah maka tuntunan terhadap para dhuafa dan awam dalam agama Islam akan perlunya akrab dengan al Qur’an patut menjadi prioritas dalam upaya mensyi’arkan Islam, artinya mengantarkan umat Muslim menjadi umat yang rahmatan lil alamin. Bayangkan berapa banyak al qur’an perlu disiapkan? Kerja besar.

Dalam sebuah harian, Menteri Agama mengatakan ”Dewasa ini dirasakan jumlah ulama semakin berkurang padahal tantangan yang dihadapi umat kian meningkat. Saat ini Indonesia sedang mangalami krisis ulama.” (Republika, 04-04-09). Alhasil keadaan dekadensi moral telah dibarengi pula dengan krisis ulama. Maka semakin nyata perlunya pemahaman al Qur’an untuk lapisan masyarakat awam dalam bentuk program yang secara sistematis mampu mendekatkan al Qur’an kedalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan akan mampu menahan laju dekadensi moral yang terjadi di masyarakat

Menjadi riil bagi mereka yang kini memiliki akses kepada keberadaan al Qur’an di tangannya untuk menyegerakan diri akrab dengan al Qur’an dan mengikuti anjuran mensyi’arkan Islam sebagaimana hadits Rasulullah saw untuk menyampaikan kepada saudara muslimnya walaupun cuma satu ayat. Bisa dimulai dengan pemahaman dari diri kita sendiri dan kemudian mendakwahkan satu ayat maka alangkah indahnya persaudaraan muslim ini jadinya.

(Ditulis oleh: H. D. Hidajat al Bantaniy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda