Minggu, 13 September 2009

MENCINTAI-MU

Cintaku kepada-Mu melebihi cintaku pada diriku

Kucintai Engkau dengan sepenuh hati dan segenap jiwa

Kepastian cintaku takkan terbayar oleh apapun

Kepastian cintaku akan menggoyahkan apa saja

Wahai kasih yang terkasih, singkaplah tabir cinta-Mu hanya untukku


Demikian luasnya alam ini Engkau ciptakan, ya Allah. Mulai dari benda yang terkecil yang kukenal hingga benda angkasa yang paling besar. Tiada kata yang dapat diucapkan untuk menggambarkan betapa dalamnya kemuliaan cinta-Mu kepadaku. Ketika malam diganti siang, dan cerah siang diselimuti hening malam, disaat itu pula kasih dan sayang-Mu merasuk ke seluruh alam. Setiap detik-detik yang ku lalui tak pernah luput dari cinta kepada-Mu ya Allah. Silih berganti hidup dan mati juga merupakan wujud cinta-Mu kepadaku.


Walaupun tidak semua orang merasakan cinta-Mu, tetapi tak pernah luput cinta-Mu kepadaku. Engkau berikan segala-galanya kepadaku, tanpa pernah meminta bayaran sebagai ganti imbal jasa-Mu. Sungguh dahsyat cinta itu, hingga melebihi kedahsyatan apa saja. Udara yang setiap saat kuhirup, sebagai penyambung kehidupan, juga merupakan wujud cinta-Mu kepadaku. Akan tetapi kekerdilan jiwa dan kekerasan hati inilah yang membekukan rasa cintaku kepada-Mu. Tak pernah sekalipun Engkau membiarkan aku terpencil sendiri tanpa ada yang menemani. Jika saja setiap diri mengerti, maka dia akan berkata bahwa kami tak sendiri, ada Engkau yang menemani, mencintai dan dicintai.


Pancaran sinar mata-Mu membias keseluruh alam, menerobos setiap celah-celah kehidupan, menerangi jalan yang gelap, menunjuki jalan yang sesat. Tetapi sekali lagi hati ini tak mampu untuk menatap sinar mata-Mu, apalagi nekat memantulkannya lagi. Sungguh hampa pandanganku hingga tak sanggup untuk melihat relung-relung kasih yang memancar dari mata-Mu. Lambaian tangan-Mu menyapaku setiap saat ketika hendak mengawali kehidupan ini. Mengolah kasih, merajut sayang, tak kenal henti apalagi hilang tanpa sebab yang pasti. Tetapi sekali lagi, jiwa ini terkungkung dan terselubung oleh kecurigaan, tertutup kebodohan, terpenjara dalam ketidak pastian, hingga kelembutan belaian tangan-Mu tak terasa walau telah mengalir deras di sekujur tubuh, bahkan wahai Kasih… lambat laun mulai hilang. Senyum-Mu wahai sayang… merona mekar di setiap pagi, seraya menyapa diriku. Engkau simpulkan keindahan senyum itu dalam satu kata, bahwa Kamu sesungguhnya mencintaiku. Setiap kali kuingat senyum itu, setiap saat pula mencuat rindu hendak bertemu. Tak pernah sesaatpun Engkau tampik diriku dengan kemurkaan atau kebencian. Hingga aku merasa sungguh tak berdaya, jika senyum-Mu kusia-siakan. Engkau dekat, bahkan sangat dekat dengan diriku, karena Engkau adalah aku dan aku adalah Engkau……….


لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ

ُOleh: Jump Backer

Source: http://www.ponpesalhusna.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda