Selasa, 28 April 2009

Ummu Sulaim dan Abu Thalhah

Ketika Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah Al-Anshari, dia dikarunai seorang anak yang dicintainya. Sang ayah (maksudnya Abu Thalhah) juga sangat mencintai anak itu. Tetapi kemudian anak itu sakit dan meninggal dunia di saat sang ayah sedang bekerja. Ketika sang ayah pulang, dia langsung menanyakan kabar anaknya itu. Sang isteri berkata kepadanya bahwa anak itu baik-baik saja. Dia pun menyiapkan makan malam untuk sang suami, kemudian dia berhias dan memakai pakaian yang terbaik miliknya, sampai akhirnya sang suami menunaikan hajatnya (maksudnya menggaulinya). Di akhir waktu malam, sang isteri berkata kepada suaminya: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu bila ada suatu kaum menitipkan sesuatu pada kaum lainnya, lalu mereka meminta kembali barang titipannya itu, apakah kaum yang dititipi itu boleh menghalangi-halanginya (agar titipan itu tidak diambil kembali)?” Sang suami berkata: “Tidak.” Sang isteri berkata lagi: “Sesungguhnya Allah swt. telah menitipkan kepadamu seorang anak, dan sungguh Dia telah mengambilnya kembali, maka bersabarlah dan mengharaplah pahala dari Allah (atas kesabaranmu itu).” Sang suami pun mengucapkan kalimat: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
Di pagi harinya, Abu Thalhah pergi ke tempat Rasulullah saw., lalu dia memberitahukan kepada beliau tentang hal itu. Rasulullah saw. pun bersabda: “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu pada waktu malam yang telah kalian berdua lewati itu.” Ummu Sulaim pun hamil (lagi), lalu anak yang dilahirkannya dibawa ke hadapan Nabi saw.. Maka, Nabi saw. pun mengambil beberapa butir kurma dan mengunyahnya. Kemudian beliau mengumpulkan ludahnya dan membuka mulutnya sendiri. Beliau memasukkan kurma yang sudah dikunyah itu ke dalam mulut sang bayi, lalu beliau men-tahnik-nya. Setelah itu, beliau membuat anak itu menggerak-gerakkan lidahnya sendiri. Ummu Sulaim berkata: “Wahai Rasulullah, namailah dia!” Rasulullah saw. pun memberinya nama Abdullah. Sungguh di Madinah tidak ada seorang pemuda pun yang lebih baik darinya. Darinyalah lahir banyak orang yang berjuang di jalan Allah dengan berjalan kaki (tidak menggunakan kendaraan), sementara Abdullah sendiri gugur sebagai syahid (ketika berjuang) dengan menunggang kuda.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abu Thalhah dikaruniai sepuluh anak yang semuanya hafal Al-Qur`an. (Footnote: Shahih: Diriwayatkan dengan redaksi yang panjang oleh Abu Daud Ath-Thayalisi, no. (2056). Hadits ini juga diriwayatkan oleh Bukhari (2/132-133), Muslim (6/174-175), Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi.)

Minggu, 26 April 2009

Ibumu, ibumu, ibumu.....

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, “Seorang lelaki pernah mendatangi Rasulullah, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ibumu.’ Lelaki itu bertanya (lagi), ‘Kemudian siapa lagi?’ Lelaki itu menjawab, ‘Bapakmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syair Untuk Ibu
Karya Syaikh Abdurrahman asy-Syaghuri (Semoga Allah senantiasa menjaga dirinya)

Wahai Ibu, melalui dirimu-lah Allah telah memunculkan kami di alam semesta ini #
Meskipun engkau harus merasakan pedihnya penderitaan dan kehinaan.
Sembilan bulan engkau telah mengandung kami, dan selama itu pula engkau dalam penderitaan #
Engkau baru bisa lepas dari penderitaan itu setelah melakukan persalinan.
Berapa banyak engkau telah melahirkan para dermawan yang telapak tangannya selalu memberi #
Dan berapa banyak engkau telah melahirkan generasi- generasi baru yang akan menerjuni berbagai arena kehidupan.
Wahai Ibu, sungguh sering engkau begadang karena tidak bisa tidur #
Sementara air susu dari kedua putingmu selalu memberikan nutrisi kepada kami.
Sepanjang malam air matamu selalu menetes #
Ketika duri telah menusuk salah satu tangan kami.
Tangan kananmu sering menjadi bantal kami #
Sedangkan tangan kirimu mendekatkan kedua payudaramu ke mulut kami.
Ketika kami mendapatkan kebaikan, engkau pun akan merasa gembira #
Kegembiraanmu jelas terlihat pada bibirmu yang tersenyum, yang dapat menghidupkan semangat kami.
Namun, jika ada hal buruk yang menimpa kami, engkau pun akan menutup terangnya waktu pagi dengan kegelapan (bersedih) #
Sesungguhnya engkau adalah orang termulia yang selalu membantu kami.
Karena itulah, agama (Islam) pun telah memberikan dorongan kepada kami untuk meraih keridhaanmu #
Wahai Ibu, hal itu kami lakukan agar Tuhanmu meridhai kami.
Pada dirimu terdapat petunjuk, anugerah dan semua kebaikan #
Jika kami durhaka kepadamu, maka nerakalah yang akan menjadi tempat kembali kami.

Selasa, 21 April 2009

Anak Adalah Anugerah Terindah

Anak-anak merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada para orangtua, karena anak-anak itu merupakan bukti kekuatan, kesuburan dan kemampuan orangtua-orangtua mereka. Di samping itu, anak-anak juga merupakan ladang bagi para orangtua yang dapat digunakan untuk menanam cita-cita atau harapan-harapan yang belum berhasil mereka wujudkan. Anak-anak merupakan salah satu pintu diangkatnya derajat para orangtua di sisi Allah pada hari Kiamat nanti, yaitu ketika salah seorang di antara mereka meninggalkan seorang anak shaleh yang akan selalu mendoakannya. Jika kita menganggap anak-anak kita sebagai sebuah nikmat, lalu kita mengerahkan segenap kemampuan kita untuk mendidik, membina dan memberikan kehidupan yang baik untuk mereka, maka kita akan menemukan mereka berada di sisi kita ketika kita memerlukan mereka, yaitu pada saat kita sudah lemah, pada saat kita membutuhkan bantuan atau pertolongan mereka, ataupun pada saat-saat tertentu yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Adapun jika kita tidak menganggap anak-anak kita sebagai suatu nikmat, bahkan kita menganggapnya sebagai beban dalam kehidupan kita, seperti yang sering kita jumpai pada masa sekarang ini, maka anggapan seperti itu akan mempengaruhi sikap kita terhadap mereka. Hal itu akan berdampak negatif bagi diri mereka, sehingga mereka akan benar-benar tumbuh dewasa dalam keadaan menjadi beban dalam kehidupan kita dan juga kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita. Sungguh, hal ini merupakan kesesatan yang sangat nyata, seperti yang dapat kita fahami dari firman Allah swt, “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. (yaitu) neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman.” (Ibrahim [14]:28

Jumat, 17 April 2009

Jadilah Pemimpin Yang Bertanggungjawab

Rasulullah saw. bersabda:
“Setiap orang di antara kalian pemimpin, dan setiap orang di antara kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
Setiap orang di antara kita adalah pemimpin, baik pemimpin dalam sekup kecil ataupun besar. Bahkan, setiap wanita juga merupakan pemimpin, yaitu pemimpin bagi anak-anak dan harta suaminya. Di sini, Rasulullah saw. mengingatkan kepada setiap Muslim agar berhati-hati dalam bersikap terhadap orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya, sehingga dia tidak akan menzhalimi mereka. Sebab, sekecil apapun kezhaliman yang telah dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt., Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Bila kandungan hadits yang singkat ini benar-benar diamalkan oleh para pemimpin kita, maka alangkah indah dan nyamannya negeri kita. Tidak ada lagi korupsi, manipulasi, kesewenang-wenangan, kecurangan dan lain sebagainya. Wallaahu A’lam….

Rabu, 15 April 2009

Sebuah Dilema....

Saya teringat saat-saat ketika saya menunaikan ibadah haji, tepatnya pada tahun 2000. Saat itu, saya masih berstatus sebagai mahasiswa di Mesir. Seperti mahasiswa-mahasiswa lainnya, di samping menunaikan ibadah haji, saya juga mencari tambahan uang saku dengan cara bekerja. Alhamdulillah, meskipun baru pertama kali haji, saya langsung mendapat job. Saya dipercaya untuk menjadi guide para TKI yang ada di sana. Selama beberapa hari bersama para TKI (TKW) itu, saya mendengar banyak cerita yang memilukan. Kebanyakan dari mereka mengalami hal yang tidak menyenangkan. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang menceritakan kisah yang dialaminya sambil menangis. Mungkin, saya tidak perlu menjelaskan apa yang mereka alami. Mudah-mudahan saudara-saudara sekalian dapat menafsirkannya sendiri. Belum lagi, banyak di antara mereka yang akhirnya menjadi TKI ilegal, karena sudah tidak memiliki izin tinggal. Berkaitan dengan masalah ini, ada beberapa pertanyaan yang menggelitik hati saya: Mengapa tiap tahun makin banyak TKI yang di-ekspor ke luar negeri (terutama ke Timur Tengah), yang notabene mereka memiliki pendidikan yang rendah, padahal apa yang dialami sebagian besar di antara mereka tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Mungkin apa yang dialami oleh TKI-TKI kita tidak akan terjadi bila yang dikirim ke sana adalah tenaga-tenaga profesional, karena mereka lebih dihormati. Mengapa tidak tenaga-tenaga profesional saja yang dikirim??

Memang bagi TKI-TKI yang bernasib baik, kehidupan mereka dan juga keluarga mereka akan lebih baik ketimbang mereka harus mengais rezeki di negeri sendiri. Tetapi bagaimana dengan mereka yang bernasib malang?? Di satu sisi, mereka harus berusaha demi meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka, hingga mereka pun rela untuk berpisah dengan sanak saudara. Hal itu mereka lakukan dengan harapan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik, apalagi di saat tuntutan dan biaya hidup semakin tinggi. Tetapi ternyata apa yang mereka alami di negeri tempat mereka bekerja tidaklah seindah apa yang mereka bayangkan. Di sisi lain, bila mereka masih tetap tinggal di tanah airnya, maka kemungkinan bagi mereka untuk merubah nasib sangatlah kecil, mengingat begitu sulitnya lapangan pekerjaan dan begitu ketatnya persaingan hidup. Sungguh sebuah dilema yang sangat membingungkan….! Di akhir tulisan ini, saya ingin menyebutkan hadits Nabi saw. yang berkaitan dengan masalah tersebut, mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang Mukmin, dalam hal cinta dan kasih sayang di antara mereka, adalah seperti satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain, akan ikut merasakannya, dengan cara tidak bisa tidur dan mengalami demam.” Adakah kita ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kita itu???

Selasa, 14 April 2009

Masihkah Anda Membujang??

Tulisan ini kupersembahkan buat saudaraku-saudaraku sesama Muslim yang masih membujang dan belum memikirkan untuk menikah, dan juga untuk orangtua-orangtua mereka. Mudah-mudahan dengan membaca tulisan ini, hati mereka akan tergerak untuk melakukan perintah Allah SWT tersebut (menikah) sehingga mereka terhindar dari segala macam fitnah, amin…..
Wahai saudaraku, ada sejumlah faktor yang biasanya menyebabkan seorang pemuda masih tetap mempertahankan status ‘bujang’nya dan enggan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Mahalnya mahar (Mas kawin).
- Sikap yang berlebih-lebihan dalam menentukan biaya pernikahan.
- Faktor studi
- Pemuasan hasrat seksual dengan cara yang tidak dibenarkan
- Rendahnya upah (penghasilan) dan mahalnya biaya hidup
- Semakin meluasnya pengangguran
- Tidak diajaknya wanita untuk bersikap proaktif dalam hal yang berkaitan dengan pernikahan
- Lemahnya kontrol agama
Dalam kehidupan sekarang ini, banyak kita temui orang tua yang selalu memperlihatkan sikap-sikap buruk dalam menentukan syarat-syarat pernikahan dan berlebih-lebihan dalam menentukan mas kawin, kadang dengan meminta mas kawin yang tidak masuk akal. Orang yang seperti ini merupakan orang yang zhalim, otoriter dan egois yang tidak menginginkan kemajuan bagi umat islam dalam hal akhlaq (moral). Orang seperti ini termasuk ke dalam golongan orang-orang yang terpedaya oleh godaan materi yang bersifat menipu dan telah menyimpang dari apa yang telah diturunkan Allah kepada mereka, sehingga mereka tidak mau menikahkan putri mereka kecuali dengan orang yang mampu memberikan mas kawin yang banyak dan mahal!!!
Mereka justru mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan kaum jahilillyah dan pandangan orang yang mengejar kedudukan dan kehidupan duniawi semata tanpa ada kendali dari agama dan kontrol dari hati nuraninya.
Mereka adalah orang-orang yang tidak mengamalkan aturan Islam yang terkandung dalam sabda Nabi saw.:
“Jika datang kepada kalian seorang peminang yang kalian merasa senang terhadap agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah (putri kalian) dengannya!!”
Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya di antara wanita yang terbaik adalah wanita yang mudah (ringan) mas kawinnya.”
Allah swt. berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan “karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.An-NUUR{24]:32)
Wahai kaum ayah dan kaum ibu , berhati-hatilah agar kalian tidak menjadi faktor yang menyebabkan putri-putri kalian tidak laku atau tidak mendapat pasangan hidup, sehingga mereka pun tinggal di masyarakat dalam keadaan tidak menikah atau perawan tua.
Renungkanlah wahai orang tua………….permudahkanlah urusan mahar ini sehingga para pemuda dapat dengan mudah menemukan jalan menuju pernikahan. Pilihlah peminang yang shalih dan suami yang muslim (untuk putri-putri kalian).

Senin, 13 April 2009

Dzat Yang Maha Pemberi Rezeki Tidak Melupakan Seorangpun

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang duduk di bawah sebuah pohon kurma, lalu dia merebahkan punggungnya. Tiba-tiba dia melihat seekor burung kecil (sejenis burung pipit) sedang membawa sebutir kurma di mulutnya (yang diambilnya) dari sebuah pohon kurma yang sudah berbuah (untuk kemudian dipindahkan) ke pohon kurma lain yang belum berbuah. Laki-laki itu melihat bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh burung itu secara berulang-ulang. Dia pun merasa heran dengan hal itu, maka dia berkata di dalam dirinya: “Aku akan naik ke atas pohon kurma ini agar aku mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi!” Dia pun naik (ke atas pohon kurma itu), dan ternyata dia melihat seekor ular buta sedang berada di dalam pelepah kurma. Ular itu sedang membuka mulutnya, sementara sang burung melemparkan buah kurma yang dibawanya ke arah mulut ular tersebut. Melihat hal itu, dia pun merasa takjub, lalu dia berkata: “Maha Benar Allah yang telah berfirman: ‘Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.’ (QS. Huud [11]: 6) Benar, Maha Suci Engkau, wahai Dzat yang menaklukkan binatang-binatang yang saling bermusuhan hingga sebagian dari mereka memberi rezeki kepada sebagian yang lain!”

Sabtu, 11 April 2009

Pengorbanan Abu Bakar

Abu Bakar adalah seorang sosok yang rela mengorbankan harta, keluarga dan jiwanya demi memberikan pengabdian kepada Islam. Diriwayatkan bahwa ketika hendak masuk ke dalam gua Hira`, Abu Bakar ra. mendahului Rasulullah saw. guna memeriksa apakah di dalam gua itu terdapat ular atau kalajengking yang dapat membahayakan diri Rasulullah. Abu Bakar membersihkan gua itu dengan menggunakan pakaiannya sendiri, lalu dia menutup semua lubang yang ada di dalamnya. Hanya ada satu lubang saja yang belum tertutup, tetapi kemudian dia menutupnya dengan menggunakan telapak kakinya. Ketika Nabi sedang tidur di pangkuan Abu Bakar, tiba-tiba ada seekor ular yang muncul dari lubang yang ditutup oleh Abu Bakar dengan menggunakan telapak kakinya itu. Ular itu menyengat telapak kaki Abu Bakar. Abu Bakar pun merasakan kesakitan yang luar biasa, tetapi dia tidak mau membangunkan Rasulullah saw.. Ketika rasa sakit yang dirasakannya semakin bertambah, air matanya pun mengalir ke pipinya hingga akhirnya air mata itu jatuh ke pipi Rasulullah. Rasulullah pun terbangun, lalu beliau bertanya, “Apa yang terjadi padamu, wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar menjawab, “Aku disengat ular, wahai Rasulullah.”
Rasulullah pun meludahi bagian kaki yang disengat ular itu hingga bagian itu sembuh seketika. Setelah itu Rasulullah saw berdo`a, “Ya Allah jadikanlah Abu Bakar berada bersamaku di dalam satu derajat (tingkatan) pada hari kiamat nanti.”
Allah pun mengabulkan doa Nabi-Nya itu, maka turunlah ayat, “Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.’” (at-Taubah: 40)
Sungguh luarbiasa pengorbanan yang telah diberikan oleh Abu Bakar ra. untuk kepentingan Baginda Rasululllah saw.. Mudah-mudahan kita semua dapat menauladani sosok Abu Bakar ra. yang karena kecintaannya kepada Rasulullah, dia rela mengorbankan apa yang dia miliki, bahkan jiwanya sekalipun, demi orang yang dicintainya itu. Aamiin....

Jumat, 10 April 2009

Kerinduan Seorang Hamba Kepada Allah

Aku bisa saja mati tapi kerinduanku kepada-Mu tidak akan pernah mati
dan aku tidak pernah puas untuk mencintai-Mu dengan sungguh-sungguh.
Harapanku di sepanjang hidupku hanyalah kematian, dan Engkau bagiku adalah tujuan
Engkaulah Yang Maha Kaya dan benar-benar kaya, sementara aku serba kekurangan.
Engkaulah tujuan dari setiap permintaan dan keinginanku
Engkaulah tumpuan harapanku dan yang selalu tersimpan dalam hatiku.
Engkau mengetahui apa yang ada dalam hatiku, semuanya terlihat jelas oleh-Mu
Meskipun aku berusaha untuk menyembunyikannya ataupun menampakkannya.
Engkau mengetahui apa yang ada di antara tulang-tulang rusukku, yang tidak aku sebarluaskan
Dan tidak aku tampakkan kepada keluarga ataupun tetangga(ku).
(Yaitu) rahasia-rahasia yang bukan lagi menjadi rahasia bagi-Mu
Meskipun aku tidak membukanya, bahkan meskipun aku berusaha keras untuk menyembunyikannya.
Maka karuniakanlah kepadaku angin sepoi-sepoi dari-Mu sehingga aku dapat hidup dengan semangatnya
Dan berikan kepadaku kemudahan dari-Mu yang akan mengusir semua kesulitanku.
Engkau memancarkan petunjuk kepada orang-orang yang (berhak) mendapat petunjuk
Yang di tangan mereka sama sekali tidak ada ilmu (pengetahuan) sebelumnya.
Lalu Engkau ajarkan kepada mereka sebuah ilmu, hingga mereka pun berada pada cahaya ilmu itu
Dan hingga jelas bagi mereka apa yang tersembunyi di balik berbagai rahasia.
Engkau mengaruniakan (kepada mereka) penglihatan terhadap hal-hal yang ghaib
Hingga hal-hal yang sebenarnya tidak terlihat oleh penglihatan itu seakan-akan hadir di hadapan mereka.
Bukankah Engkau ibarat penunjuk jalan bagi suatu kaum yang sedang kebingungan (mencari jalan)
Dan juga penyelamat bagi orang yang sedang berada di sebuah tebing yang curam.

Kamis, 09 April 2009

Kenapa Harus ASI?

Teman…
Hari ini aku membaca sebuah buku yang berjudul”Menghindari azab kubur”.Disana ada dituliskan sebab-sebab azab kubur. Diantara salah satu dari sebab-sebab azab kubur tersebut adalah: “orang yang mencegah bayi untuk menetek ASI”. Disebutkan diantara orang-orang yang mendapat azab kubur adalah ibu yang tidak mau memberikan air susunya (ASI) tanpa uzur.
ASI merupakan makanan terbaik yang telah diciptakan Allah untuk bayi. Didalamnya terkandung kandungan gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI sesuai dengan perut bayi, tidak lebih dan tidak pula kurang. Dimana suhu yang ada di ASI sesuai dengan pencernaan bayi. Apabila musim dingin, maka ASI menjadi hangat. Begitu pula ketika musim panas, ASI menjadi dingin. Semua itu karunia dari Allah. Sesuatu yang berlawanan (panas-dingin) itu akan memberikan efek positif kepada si bayi, yaitu memberikan kekebalan tubuh dari penyakit.
Apabila seorang ibu menolak memberikan ASInya kepada si bayi sedangkan ASI itu merupakan karunia dari Allah, dan menggantikannya dengan susu yang dibuat oleh manusia,maka apa yang diperlukan si bayi tidaklah cukup. ASI adalah ciptaan Allah tidak dapat digantikan dengan susu buatan manusia. Apakah buatan manusia sama dengan buatan Allah?
Anak yang tak diberi ASI akan menjadi anak yang lemah dan si ibu akan mendapat azab dari Allah dikuburnya. Yaitu payudara si ibu akan di gigit ular didalam kuburnya karena menolak memberikan ASI kepada anak-anak mereka. Nauzubillahi minzalik…

Di zaman sekarang ini begitu banyak ibu-ibu yang enggan memberikan ASI nya buat anaknya dengan berbagai macam alasan. Alasan terbanyak, mereka takut kalo payudaranya menjadi kendor atau tidak bagus lagi. Mereka takut kalo-kalo suaminya tidak cinta lagi pada mereka. Sebagian lainnya mungkin karena uzur(halangan) yang jika mereka paksakan akan berakibat tidak baik buat bayi mereka.

Ketahuilah teman…
jika kita para ibu tidak mendapatkan uzur(halangan), sebaiknya kita memberikan sesuatu yang terbaik buat anak kita. Mereka adalah generasi kita. Ditangan mereka nantinya negara kita ini akan menjadi negara yang baik,kuat dan bermartabat. mereka juga yang nantinya akan mendo’akan kita jika kita sudah meninggal.

Jadi jangan takut teman kalo payudara anda akan kendor, tidak bagus lagi atau suami akan berpaling dari kita jika payudara kita sudah tak bagus lagi. Takutlah kamu akan azab Allah, karena azab Allah amatlah pedih.

Gerakan Perbaikan Moral

Menanggapi komentar Saudara Rully dalam emailnya, yang menganggap perlu adanya gerakan perbaikan akhlak, saya sangat setuju. Memang harus ada gerakan “perbaikan moral (akhlak)”, sebagai bagian dari amar makruf nahi mungkar. Kita tidak mungkin diam dan bungkam selamanya melihat kenyataan yang ada. Kita harus berjuang, dan inilah yang sedang saya usahakan. Apa yang saya lakukan ini semata-mata karena panggilan hati nurani dan dakwah Islamiyah…dan mudah-mudahan semata-mata hanya mengharap ridha Allah swt.. Mudah-mudahan apa yang saya lakukan merupakan titik awal dari gerakan akhlak yang saudara maksud. Saya akan melakukan apa yang bisa saya perbuat, sesuai kemampuan saya. Sekarang saya sedang mengumpulkan daftar email-email para pengguna internet, barangkali di antara saudara-saudara sekalian ada yang mau menyumbangkan daftar email saudara-saudara yang lain yang belum masuk ke daftar saya, bisa dikirimkan ke saya dan saya akan menerimanya dengan senang hati. Di samping melalui email (alhamdulillah sekarang sudah sekitar 250-an email yang masuk ke data saya), saya juga melalui media facebook, freindster dan blogspot….Terima kasih atas apreciate dan dukungan yang diberikan kepada saya.
Di akhir email saya ini, marilah kita bersama-sama merenungi firman Allah swt. dalam Al-Qur`an: “Wattaquu fitnatal laa tushibannalladzi zhalamuu minkum khaashshah, wa’lamuu anallaaha syadiidul ‘iqaab (Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya).” (QS. Al-Anfaal [8]: 25) Artinya, bila ada hal buruk yang menimpa masyarakat kita (bangsa Indonesia) akibat rusaknya akhlak mereka, maka ia tidak hanya akan menimpa orang-orang yang akhlaknya rusak saja, tetapi juga akan menimpa semua orang di antara mereka. Na’uudzu billaahi min dzaalik…

Senin, 06 April 2009

Kejujuran Mendatangkan Keberkahan

Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani rahimahullaah berkata:
Aku menemukan jati diriku sejak aku tumbuh dewasa dalam suasana penuh kejujuran, yaitu ketika aku keluar dari Mekkah ke Baghdad dengan tujuan untuk mencari ilmu. Saat itu, ibuku memberiku 40 dinar untuk biaya hidupku, lalu dia menyuruhku berjanji untuk selalu jujur.
Ketika kami sampai di daerah Hamdan, segerombolan perampok mencegat kami, lalu mereka mengambil barang-barang milik rombongan kami. Ketika salah seorang di antara mereka lewat di depanku, dia berkata kepadaku: "Apa yang kamu bawa, wahai anak muda?" Aku menjawab: "40 dinar." Dia menyangka aku telah membohonginya, maka dia pun meninggalkanku begitu saja.
Seorang laki-laki lain berkata: "Apa yang kamu bawa, wahai anak muda?" Aku memberitahukan kepadanya tentang apa yang aku bawa. Dia pun mengajakku untuk menghadap pimpinan mereka. Ketika pimpinan mereka itu bertanya kepadamu, aku juga memberitahukan hal yang sama. Dia bertanya: "Apa yang membuatmu berkata jujur?"
"Ibuku telah menyuruhku berjanji untuk selalu jujur, karena itu aku takut mengkhianati perjanjianku dengannya itu," jawabku.
Mendengar jawabanku, pimpinan rombongan perampok itu berteriak, lalu dia berkata: "Kamu takut mengkhianati perjanjianmu dengan ibumu, sementara diriku tidak takut mengkhianati perjanjianku dengan Allah!!" Dia pun menyuruh semua anak buahnya untuk mengembalikan apa yang telah mereka ambil dari rombongan kami, lalu dia berkata: "Aku bertaubat kepada Allah melalui perantaraanmu, wahai anak muda!"
Orang-orang yang tergabung dalam rombongannya pun berkata: "Dulu kamu adalah pemimpin kami dalam melakukan perampokan, dan hari ini kamu menjadi pemimpin kami dalam bertaubat kepada Allah." Akhirnya, mereka semua pun bertaubat kepada Allah berkat kejujuran Syeikh Abdul Qodir itu.

Mudah-mudahan kita semua dan juga para pemimpin kita dapat menjaga kejujuran yang sangat tinggi nilainya itu. Amiin ya Rabbal Alamiin.

Terima Kasih Atas Tanggapannya

Terimakasih sebelumnya saya ucapkan atas tanggapan yang diberikan saudara-saudara sekalian mengenai tema yang saya lontarkan dengan judul “Apa Yang Salah….”. Memang, banyak faktor yang bisa menyebabkan munculnya fenomena tawuran antar pelajar atau mahasiswa yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Dengan didasari atas keprihatinan kita terhadap fenomena seperti itu, maka sebagai orangtua yang peduli terhadap masa depan anak-anak kita, marilah kita berusaha untuk meminimalisir hal-hal yang kita anggap sebagai faktor-faktor penyebab munculnya fenomena tersebut. Dalam pandangan saya, faktor yang paling dominan adalah kurangnya penanaman nilai-nilai akhlak dalam diri generasi muda kita. Bila kita merujuk ke sejarah Nabi, maka kita akan mengetahui bahwa ketika masyarakat Arab sudah sampai pada tingkat ke-jahiliyah-an yang paling tinggi, Allah swt. mengutus Nabi Muhammad saw. dengan tujuan untuk menyempurnakan kembali akhlak mereka, seperti yang disebutkan dalam sabda beliau: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Dari sini, maka saya menyimpulkan bahwa bila kita menginginkan agar fenomena tawuran (dan kenakalan remaja lainnya) tidak lagi terjadi di kalangan generasi muda kita, maka mau ga mau kita harus menjadikan penanaman nilai-nilai akhlak dalam diri mereka sebagai prioritas utama. Secara garis besar, ada dua hal yang bisa kita lakukan. Pertama, kita harus memberikan masukan kepada pemerintah (dalam hal ini Depdiknas dan Depag) agar lebih serius dalam menangani masalah ini, dengan harapan agar apa yang didapatkan oleh anak-anak kita di sekolah adalah benar-benar pendidikan (tarbiyah) dan bukan hanya sekedar pengajaran (ta’lim). Bila hal itu belum mungkin kita lakukan, maka paling tidak kita tidak melupakan hal kedua, yaitu bahwa kita harus memulai dari diri kita sendiri, seperti yang dikatakan dalam pepatah Arab: “Ibda` binafsik” (Mulailah dari diri Anda sendiri). Artinya, kita harus meningkatkan perhatian kita terhadap anak-anak kita. Bukan hanya perhatian yang bersifat maaliyah (harta), tetapi juga perhatian yang bersifat ruhaniyah (spiritual). Kita harus berusaha keras untuk menanamkan nilai-nilai akhlak ke dalam diri anak-anak kita, baik dengan cara meningkatkan pemahaman keagamaan mereka ataupun dengan memberikan suri tauladan yang baik. Saya yakin betul bahwa agama adalah ibarat akar pohon. Bila akar itu kuat, maka pohon yang ditopangnya tidak mudah tumbang oleh terpaan angin yang kencang sekalipun. Wallaahu A’lam.

Sabtu, 04 April 2009

Keutamaan Membaca Istighfar

Allah swt. berfirman: "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlan ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan." (QS. Muhammad [47]: 19)
Allah swt. berfirman: "maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuuh [71]: 10-12)
Allah swt. berfirman: "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 17-18)
Allah swt. juga berfirman: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'" (QS. Az-Zumar [39]: 53)
Rasulullah saw. bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku selalu beristighfar (memohon ampun) kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam satu hari sebanyak 70 kali lebih." Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah ra..
Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang memohonkan ampunan untuk orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan, maka akan dicatat baginya (pahala) satu kebaikan untuk setiap permohonan ampunan bagi satu orang Mukmin laki-laki dan satu orang Mukmin perempuan." Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dari 'Ubadah ra..
Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang memohonkan ampunan untuk orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan, setiap hari sebanyak 27 kali, maka dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang doanya dikabulkan dan orang-orang yang karena mereka penduduk bumi ini diberi rezeki (oleh Allah)." Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Darda` ra..
Nabi saw. bersabda: "Allah swt. telah menurunkan dua hal yang dapat mendatangkan keamanan bagi umatku (dari adzab Allah). Allah berfirman: 'Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.' Jika aku telah tiada, maka aku tinggalkan di tengah-tengah mereka (kesempatan untuk) memohon ampunan hingga datangnya hari kiamat." Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Musa ra..
Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang selalu beristighfar, maka Allah akan menjadikan untuknya kelapangan dari setiap kesusahan, jalan keluar dari setiap kesulitan, lalu Allah akan memberikan kepadanya rezeki yang tidak disangka-sangka." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas ra..
Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang memohon ampun kepada Allah setiap habis shalat sebanyak tiga kali, lalu dia mengucapkan: Astaghfirullaahil-ladzii laa`ilaaha illaa Huwal-hayyul-qayyuum wa atuubu ilaih (Aku memohon ampunan kepada Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurusi makhluk-makhluk-Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya), maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun (dosa karena) dia telah lari dari medan pertempuran." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan Ibnu As-Sunni dari Al-Barra` ra..
Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang ketika hendak beranjak ke tempat tidurnya membaca: Astaghfirullaahal-ladzii laa`ilaaha illaa Huwal-hayyul-qayyuum wa atuubu ilaihi (Aku memohon ampunan kepada Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurusi makhluk-makhluk-Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya), sebanyak tiga kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan, meskipun sebanyak jumlah daun pohon-pohonan, meskipun sebanyak pasir yang lembut, dan meskipun sebanyak jumlah hari (umur) dunia ini." Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa'id ra..
Nabi saw. bersabda: "Tuan (pemimpin) istighfar adalah bila kamu membaca: Allaahumma anta Rabbii laa`ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana 'abduka wa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu abuu`u laka bini'matika 'alayy wa abuu`u bidzanbii faghfirlii fa`innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau telah menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, dan aku akan selalu berada pada janjiku kepada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang aku perbuat. Dengan limpahan nikmat-Mu kepadaku, aku kembali kepada-Mu dan aku bertaubat dari dosa-dosaku. Maka, ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau). Barangsiapa yang mengucapkannya di waktu siang dengan yakin sepenuhnya (dengan apa yang dia ucapkan), lalu dia mati pada hari itu yaitu sebelum dia memasuki waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di waktu malam dengan yakin sepenuhnya (dengan apa yang dia ucapkan), lalu dia mati pada hari itu yaitu sebelum dia memasuki waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga." Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Nasa`i dari Syaddad bin Aus ra..

Kamis, 02 April 2009

Harap-harap Cemas…..

Dulu sebagian masyarakat kita, terutama di daerah Jawa, sangat memegang erat prinsip: “Mangan ora mangan sing penting kumpul (Makan ga makan yang penting kumpul).” Maksud prinsip itu adalah bahwa mereka lebih mengutamakan kebersamaan daripada mereka harus ngoyo untuk mencari kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya, tetapi mereka harus berpisah. Ini tidak berarti bahwa ketika mereka tetap mempertahankan untuk hidup bersama-sama, mereka tidak bisa makan. Sama sekali tidak, karena kalau hanya untuk menutupi kebutuhan makan, cukuplah mudah bagi mereka sehingga mereka tidak perlu bersusah payah untuk merantau keluar daerah. Ini sangatlah wajar, karena pertanian saat itu lebih baik daripada sekarang. Mereka dapat mengandalkan hidup dari padi atau palawija yang mereka tanam, atau bahkan dari biji-bijian yang dilemparkan dengan tidak sengaja hingga tumbuh menjadi pohon yang dapat dipetik buahnya, karena negeri kita adalah negeri yang sangat subur. Tetapi apakah prinsip itu masih berlaku hingga sekarang?? Di sini, saya tidak berbicara tentang kebutuhan lain yang sifatnya sekunder seperti pendidikan ataupun yang lainnya. Jawabannya, tentu tidak bisa, karena bila mereka masih mempertahankan prinsip tersebut, maka mereka akan mati kelaparan. Sebab, sawah yang menjadi sumber penghasilan utama mereka tidak lagi berfungsi secara optimal karena begitu sulitnya pengairan pada masa sekarang ini. Atau, palawija yang dulu bisa mereka nikmati, kini sudah sangat jarang karena banyak tanah yang mulai gersang. Mau ga mau, mereka pun harus membuang jauh-jauh idealisme mereka (mempertahankan prinsip tersebut) dan mereka pun harus pergi merantau ke mana saja, bahkan ke luar negeri, asalkan mereka dapat pulang dengan membawa uang untuk menghidupi keluarga mereka. Mungkin faktor inilah yang menyebabkan makin banyak warga negara kita yang terpaksa mencari sesuap nasi di negeri jiran (Malaysia), atau bahkan ke negara-negara Arab. Padahal, bagi kebanyakan orang di antara mereka, apa yang mereka alami di sana tidaklah seindah seperti yang mereka bayangkan saat mereka akan pergi merantau ke sana, karena tidak sedikit di antara mereka yang mengalami perlakuan tidak manusiawi, persis seperti perlakuan terhadap binatang.
Ya Allah, sampai kapankah kondisi seperti ini akan terus berlangsung?? Akankah kondisi seperti ini semakin parah dari tahun ke tahun?? Apa yang akan dialami oleh anak cucu kita nanti? Ya Allah, maafkanlah kami yang hanya bisa diam dan bungkam menghadapi situasi dan kondisi seperti ini! Ya Allah, ampunilah kami yang tidak bisa berbuat apa-apa dan belum bisa merubah apa yang semestinya dirubah! Begitu banyak saudara-saudara kita yang menjerit, ya Allah, karena kelaparan, karena kesusahan untuk menghidupi anak-anak mereka. Ya Allah, sebentar lagi kami, bangsa Indonesia, akan memilih wakil-wakil rakyat kami. Tapi kami masih cemas, ya Allah, apakah wakil-wakil rakyat yang terpilih nanti bisa memperjuangkan nasib kami dan apakah mereka mau memikirkan nasib anak cucu-anak cucu kami. Ataukah, mereka hanyalah wakil-wakil rakyat yang akan menguras kekayaan negara untuk mensejahterakan diri dan keluarga mereka saja, ya Allah? Harap-harap cemas, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaan yang sekarang bersemayam di benak kami, ya Allah. Tabahkanlah hati kami dan berilah kemampuan kepada kami untuk ikut melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Sekecil apapun kemampuan itu, ya Allah, sangatlah berarti bagi kami. Dengarkanlah jeritan hati kami dan saudara-saudara kami! Kabulkanlah permohonan kami dan wujudkanlah harapan kami!

Rabu, 01 April 2009

Berhentilah merusak milik Allah

Pd Jum'at kejadian Situ Gintung memilukan itu Khatib dlm khotbahnya, setelah menyinggung perlunya umat berbuat baik dst dst beliau sebagai ustadz dan pemuka di kel itu merasa sedih namun juga risau krn ajakannya bersama para ulama lainnya untuk berbuat baik pd mereka yang menggunakan Situ sbg tempat rekreasi + (maksiat) tidak digubris. Saya jadi teringat QS 30:41. Wallahualam.

Belajar Dari Shalat…

Sebagai Muslim, minimal kita menunaikan shalat dalam satu hari satu malam sebanyak 5 kali, karena ada 5 waktu shalat yang wajib dilakukan dalam satu hari satu malam. Bila kita rajin, maka kita akan melakukan shalat lebih dari itu, karena ada sejumlah shalat sunah yang dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw.. Lalu apa yang bisa kita dapatkan dari shalat itu? Dalam surah Al-‘Ankabuut ayat 45, Allah swt. berfirman: “Sesungguhnya shalat mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabuut [29]: 45) Berdasarkan ayat ini, maka idealnya, perbuatan keji dan kemungkaran yang ada di negeri kita ini semakin hari semakin berkurang, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam yang notabene selalu mengerjakan shalat 5 waktu. Tetapi mengapa kenyataannya masih banyak perbuatan keji dan kemungkaran yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, dari kemungkaran yang terbesar hingga terkecil. Dalam hal ini, menurut saya, ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, mereka tidak shalat, tapi kemungkinan ini cukup kecil karena saya yakin, di antara para pelaku kemungkaran itu masih banyak orang yang mengerjakan shalat. Kemungkinan kedua, mereka shalat tetapi mereka tidak memahami makna-makna (pelajaran-pelajaran) penting yang terkandung dalam ibadah shalat. Sebagai contoh, shalat mengajarkan kita untuk berdisplin, karena kita tidak dibenarkan untuk mengerjakan shalat di luar waktu yang telah ditentukan, baik sebelum ataupun sesudahnya. Selain itu, dalam shalat berjama’ah, gerakan seorang makmum tidak dibenarkan untuk mendahului gerakan imam. Menurut saya, bila seorang Muslim memahami dengan benar makna shalat tersebut, maka dia tidak akan lagi melanggar rambu lalu lintas (menerobos lampu merah), yang sangat membahayakan orang lain. Wallaahu A’lam.